Dalam siaran pers, Selasa malam, BI menyebutkan inflasi tersebut lebih rendah dari perkiraan Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia dan diperkirakan akan mulai kembali pada pola normalnya mulai September ini.
Tekanan inflasi yang mereda tersebut karena dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi sebagian besar sudah terealisasi di bulan Juli dan adanya koreksi harga paska Idul Fitri.
Inflasi kelompok administered prices mencapai 0,62 persen (mtm) atau 15,40 persen (yoy) yang didorong oleh kenaikan tarif angkutan selama periode lebaran dan kenaikan tarif listrik. Sementara itu, inflasi inti mencapai 1,01 persen (mtm) atau 4,48 persen (yoy).
Terkait kinerja eksternal, neraca perdagangan pada Juli 2013 mencatat defisit sebesar 2,3 miliar dolar AS dibandingkan defisit pada Juni 2013 sebesar 0,9 miliar dolar AS.
Defisit neraca perdagangan terutama terjadi pada sektor migas yang mencapai 1,86 miliar dolar AS sejalan kebutuhan konsumsi BBM untuk transportasi dalam negeri terkait dengan faktor musiman bulan puasa dan lebaran.