Jenewa (ANTARA News) - Mantan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachevmenilai Presiden Barack Obama sudah benar meminta dukungan Kongres untuk aksi militer di Suriah. Namun dia mengingatkan intervensi itu meningkatkan risiko yang membahayakan.

Obama dikritik karena tidak berani memutuskan dan karena melemparkan bola keputusan kepada legislatif setelah sebelumnya bersisian dengan kubu konservatif mengenai serangan kimia di Suriah.

"Jika tidak cukup memutuskan dalam penembakan dan pemboman, saya kira ini adalah semacam ketidakmemutuskan yang baik," kata Gorbachev dalam jumpa pers Green Cross International, lsm lingkungan yang didirikannnya pada 1993 atau dua tahun setelah dia terdepak dari Kremlin.

"Kendati begitu, jika mereka memutuskan menembak tanpa mempertimbangkan opini orang, termasuk di Amerika Serikat sendiri, maka saya kira konsekuensinya akan sangat buruk," ingatnya.

Sebagian besar komunitas internasional, termasuk AS, Inggris dan Prancis, menyalahkan rezim Suriah atas serangan 21 Agustus di pinggiran Damaskus yang menewaskan ratusan orang.

NamunRusia yang menjadi sekutu lama Presiden Suriah Bashar al-Assad mendukung rezim ini dan menyebut bukti penggunaan senjata kimia itu tidak meyakinkan.

Di saat Washington dan Moskow berusaha mencari solusi di Suriah, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebutkan bahwa aksi militer mesti dibekukan.

Gorbachev tidak mengomentari sikap Kremlin di Suriah, sedangkan mantan PM Belanda Ruud Lubbers yang pernah memimpin badan urusan pengungsi PBB mengkritik Rusia.

"Rusia perlu memahami bahwa keberadaan senjata kimia di Suriah adalah masalah untuk semua orang. Kami tahu ada senjata kimia di Suriah. Ini adalah tanggung jawab Rusia juga," kata Lubbers.

"Ini tak semestinya menyangkut siapa yang benar dan siapa yang salah, namun tanggung jawab bersama dua ibukota (pemerintah), Moskow dan Washington," kata dia seperti dikutip AFP..