Jakarta (ANTARA News) - Dirut Bank Tabungan Negara (BTN) Kodradi menyatakan penjualan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) yang ditargetkan pemerintah pada 2007 diharapkan memperoleh dana sekitar Rp2 triliun untuk memperkuat permodalan. Hal itu diungkapkan Kodradi, di sela penandatanganan nota kesepahaman "Kerjasama Pembayaran Sistem On-Line Biaya Pendidikan antara BTN dan Universitas Indonesia", di Gedung BTN, Harmoni, Jakarta, Kamis. "Berapa besar jumlah saham yang dilepas ke publik tergantung pemerintah. Tergantung kemauan kuasa pemegang saham berapa saham mereka yang mau di dilusi," kata Kodradi. Ia menjelaskan, sebaiknya IPO saham 30 persen, tapi pemerintah tetap menjadi pemegang saham mayoritas di BTN, atau harus di atas 51 persen. "Kalau ada penambahan dana sebesar Rp1 triliun saja, BTN mampu menambah jumlah KPR (Kredit Pemilikan Rumah--red) hingga Rp17,5 triliun. Sekarang tinggal berapa pasar pembangunan perumahan yang diserahkan kepada BTN," ujar Kodradi. Kalau target penyaluran kredit ditetapkan sebesar Rp35 triliun, berarti BTN butuh modal kerja setidaknya Rp3 triliun. Dengan asumsi rasio kecukupan modal (CAR) BTN sebesar 18,17 persen periode Juni 2006, berarti BTN memiliki leverage (perbandingan antara dana yang dipakai untuk membiayai perusahaan--red) mencapai tujuh kali. Artinya, bisa meminjam lebih dari tujuh kali lipat dari modal disetor perusahaan yang mencapai Rp1,74 triliun. Menurut Kodradi, sejak tahun lalu BTN sudah mengusulkan program IPO untuk menambah modal kerja dalam memenuhi target-target pembangunan perumahan yang ditetapkan pemerintah. "Mudah-mudahan IPO bisa dipenuhi pada 2007 sesuai arahan pemerintah. Sejauh ini kita belum menunjuk penjamin emisi maupun penasehat keuangan rencana ini," kata Kodradi. Hingga Juni 2006, realisasi pembangunan perumahan BTN mencapai 42.135 unit naik 6,57 persen dibanding periode sama 2005 sebanyak 39.705 unit. Secara nominal melonjak dari sekitar Rp1,05 triliun menjadi Rp1,36 triliun, atau meningkat hingga sekitar 30 persen. Kodradi juga menjelaskan, realisasi kredit BTN posisi Juni 2006 mencapai Rp3,9 triliun, atau menyisakan 57,89 persen dari target kredit 2006 sebesar Rp5,5 triliun. Melihat pencapaian itu, katanya, manajemen tidak memutuskan untuk merevisi target-target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2006 yang telah disampaikan kepada Kementerian BUMN. Hingga Juni 2006, rasio keuangan BTN menunjukkan performa yang cukup baik, antara lain dari rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 2,55 persen, rasio dana pihak ketiga terhadap kredit disalurkan (LDR) 81,47 persen.(*)