Rupiah Senin pagi melemah 420 poin ke posisi Rp11.260
2 September 2013 09:59 WIB
Peredaran Uang Kartal. Petugas menata uang kartal di Pooling Cash Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (9/7). Bank Indonesia mencatat hingga pertengahan 2013 jumlah uang kartal (uang tunai) yang beredar mencapai Rp 392,2 triliun, dan akan meningkat menjelang Ramadan dan Lebaran. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah bergerak melemah pada Senin pagi ke posisi Rp11.260 per dolar AS didorong oleh data ekonomi Amerika Serikat yang cenderung positif.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 420 poin menjadi Rp11.260 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.840 per dolar AS.
"Laju rupiah secara psikologis masih dapat menguat paska kenaikan BI rate. Akan tetapi, di sisi lain terdapat sentimen negatif bagi nilai tukar rupiah oleh data penguatan ekonomi AS paska dirilisnya penurunan klaim pengangguran yang disertai dengan peningkatan produk domestik bruto (PDB)," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Menurut dia, dengan penguatan data-data tersebut maka ekspektasi pengurangan stimulus keuangan AS semakin besar dan menguatkan nilai tukar dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga sedikit menahan diri jelang akan dirilisnya data inflasi Agustus 2013 pada Senin ini. Selain itu, pasar juga sedang mengantisipasi pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan Bank Indonesia, pada Kamis (12/9) mendatang.
Pengamat pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan keputusan Bank Indonesia menaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Kamis (29/8) lalu merupakan hal yang tepat dan dibutuhkan untuk dapat mencegah keterpurukan rupiah.
Namun, kata dia, pemerintah juga diharapkan menjaga inflasi agar tidak terlalu tinggi. Jika inflasi bisa lebih rendah maka tekanan rupiah juga akan berkurang. (*)
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 420 poin menjadi Rp11.260 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.840 per dolar AS.
"Laju rupiah secara psikologis masih dapat menguat paska kenaikan BI rate. Akan tetapi, di sisi lain terdapat sentimen negatif bagi nilai tukar rupiah oleh data penguatan ekonomi AS paska dirilisnya penurunan klaim pengangguran yang disertai dengan peningkatan produk domestik bruto (PDB)," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Menurut dia, dengan penguatan data-data tersebut maka ekspektasi pengurangan stimulus keuangan AS semakin besar dan menguatkan nilai tukar dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga sedikit menahan diri jelang akan dirilisnya data inflasi Agustus 2013 pada Senin ini. Selain itu, pasar juga sedang mengantisipasi pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan Bank Indonesia, pada Kamis (12/9) mendatang.
Pengamat pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan keputusan Bank Indonesia menaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Kamis (29/8) lalu merupakan hal yang tepat dan dibutuhkan untuk dapat mencegah keterpurukan rupiah.
Namun, kata dia, pemerintah juga diharapkan menjaga inflasi agar tidak terlalu tinggi. Jika inflasi bisa lebih rendah maka tekanan rupiah juga akan berkurang. (*)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013
Tags: