Ekonomi China kuat dalam jangka panjang
2 September 2013 03:20 WIB
Seorang pedagang menghitung uang di sebuah toko sepatu di Taiyuan, provinsi Shanxi, Jumat (13/7). Tingkat pertumbuhan ekonomi Cina melambar selama enam kuartal berturut hingga kecepatan teredah dalam kurun waktu tiga tahun, menyoroti keperluan kebijakan yang lebih hati-hati dari Beijing, bahkan saat aksi yang muncul dan diambil selama ini mulai menstabilkan ekonomi. (REUTERS/Stringer)
Brussel (ANTARA News) - Ekonomi China mungkin mengalami pasang surut, namun prospek dalam jangka panjang tetap cerah, kata Direktur Pusat Studi Kebijakan Eropa (CEPS), Daniel Gros.
Pakar senior itu melukiskan gambaran yang lebih cerah bagi perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut daripada beberapa ahli di Barat yang telah menyatakan bahwa ekonomi China akan runtuh di tengah tanda-tanda pelambatan.
"Mungkin ada pasang dan surut, tetapi dalam jangka panjang perekonomian China sangat kuat," kata Gros dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Data resmi menunjukkan pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 7,5 persen pada kuartal kedua tahun ini setelah mengalami penurunan selama 10 kuartal berturut-turut, perlambatan terpanjang sejak reformasi orientasi pasar China dimulai lebih dari tiga dekade lalu.
"Jika Anda mengatakan sesuatu yang masuk akal, beberapa orang mengatakan ya. Tetapi ketika beberapa orang mengatakan Ah, besok dunia berakhir, ini akan menjadi jauh lebih populer. Mereka mengatakan itu pada dasarnya untuk mendapatkan perhatian," kata Gros.
Dia menunjuk ke "akumulasi modal manusia dan modal fisik" sebagai dasar yang akan menjamin masa depan perekonomian China cerah dalam jangka panjang.
"Karena potensi tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan China adalah tujuh sampai delapan persen, mungkin itu akan kurang dari tujuh persen dalam beberapa tahun ke depan," katanya.
"Jadi bukan keruntuhan dan tidak ada bencana. Hanya saja ada siklus tertentu, dan Anda dapat dengan mudah memiliki siklus investasi ini," tambahnya.
Sekalipun sangat tidak mungkin bagi perekonomian China untuk runtuh, China dihadapkan dengan tantangan yang menakutkan dalam restrukturisasi ekonominya, kata Gros.
"Penyesuaian kembali dari investasi terhadap konsumsi, yang disebut rebalancing, jauh lebih sulit daripada yang banyak orang pikirkan. Karena ketika Anda memiliki tingkat investasi hampir 50 persen, itu merupakan proses yang sangat lambat," katanya.
"Rebalancing juga akan terhalang banyak inersia, yang berarti sekali saja dalam satu arah, ia cenderung untuk pergi lama ke arah itu. Itu disebut model akselerator di bidang ekonomi," katanya.
Para ahli ekonomi memperkirakan spiral penurunan akibat kurang investasi dalam dua, tiga atau lima tahun terakhir, mengatakan bahwa spiral penurunan ini bergerak sangat lambat, tetapi sangat gigih."
Sementara mengatakan bahwa risiko terbesar dalam perekonomian China adalah bahwa spiral ini turun terlalu cepat, Gros mengatakan, "Risiko ada, tapi saya tidak berpikir itu akan terwujud."
Pakar senior itu melukiskan gambaran yang lebih cerah bagi perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut daripada beberapa ahli di Barat yang telah menyatakan bahwa ekonomi China akan runtuh di tengah tanda-tanda pelambatan.
"Mungkin ada pasang dan surut, tetapi dalam jangka panjang perekonomian China sangat kuat," kata Gros dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Data resmi menunjukkan pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 7,5 persen pada kuartal kedua tahun ini setelah mengalami penurunan selama 10 kuartal berturut-turut, perlambatan terpanjang sejak reformasi orientasi pasar China dimulai lebih dari tiga dekade lalu.
"Jika Anda mengatakan sesuatu yang masuk akal, beberapa orang mengatakan ya. Tetapi ketika beberapa orang mengatakan Ah, besok dunia berakhir, ini akan menjadi jauh lebih populer. Mereka mengatakan itu pada dasarnya untuk mendapatkan perhatian," kata Gros.
Dia menunjuk ke "akumulasi modal manusia dan modal fisik" sebagai dasar yang akan menjamin masa depan perekonomian China cerah dalam jangka panjang.
"Karena potensi tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan China adalah tujuh sampai delapan persen, mungkin itu akan kurang dari tujuh persen dalam beberapa tahun ke depan," katanya.
"Jadi bukan keruntuhan dan tidak ada bencana. Hanya saja ada siklus tertentu, dan Anda dapat dengan mudah memiliki siklus investasi ini," tambahnya.
Sekalipun sangat tidak mungkin bagi perekonomian China untuk runtuh, China dihadapkan dengan tantangan yang menakutkan dalam restrukturisasi ekonominya, kata Gros.
"Penyesuaian kembali dari investasi terhadap konsumsi, yang disebut rebalancing, jauh lebih sulit daripada yang banyak orang pikirkan. Karena ketika Anda memiliki tingkat investasi hampir 50 persen, itu merupakan proses yang sangat lambat," katanya.
"Rebalancing juga akan terhalang banyak inersia, yang berarti sekali saja dalam satu arah, ia cenderung untuk pergi lama ke arah itu. Itu disebut model akselerator di bidang ekonomi," katanya.
Para ahli ekonomi memperkirakan spiral penurunan akibat kurang investasi dalam dua, tiga atau lima tahun terakhir, mengatakan bahwa spiral penurunan ini bergerak sangat lambat, tetapi sangat gigih."
Sementara mengatakan bahwa risiko terbesar dalam perekonomian China adalah bahwa spiral ini turun terlalu cepat, Gros mengatakan, "Risiko ada, tapi saya tidak berpikir itu akan terwujud."
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: