Mataram (ANTARA) - Teras Udayana adalah sebuah konsep yang diciptakan Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota terutama dalam berkesenian.
Teras Udayana merupakan ruang publik yang dibangun di atas lahan 1.000 meter persegi. Pada awalnya tempat ini di kenal sebagai Taman Tugu Bumi Gora yang dikelola Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pada areal Taman Tugu Bumi Gora tersebut terdapat batu besar sebagai monumen atas keberhasilan pemerintah daerah setempat dalam mengembangkan padi gogo rancah (Gora) . Monumen itu berbentuk sebuah batu besar dan dikelilingi dinding dengan relief yang menggambarkan kemajuan dalam bidang pertanian. Taman Tugu Bumi Gora diresmikan pada 1988.
Namun, dalam proses pembangunan Teras Udayana relief-relief tersebut tidak mampu terselamatkan, karena bentuknya yang tidak memungkinkan untuk dipindah. Bahkan, ketika dibuka relief-relief tersebut pecah berkeping-keping.
Kendati demikian, Pemerintah Kota Mataram berhasil menyelamatkan batu besar yang menjadi monumen Bumi Gora, yakni monumen yang menjadi bagian dari sejarah kemajuan pembangunan, utamanya dalam pengelolaan pertanian daerah ini.
"Tugu Batu Bumi Gora kita pindah ke bagian depan. Tugu ini tetap kita pertahankan sebagai bagian dari sejarah daerah kita," kata Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram H Nizar Denyy Cahyadi di Mataram.
Areal Monumen Bumi Gora kini telah disulap menjadi sebuah ruang kreatif yang diberi nama Teras Udayana yang dilengkapi dengan gelanggang pertunjukan seni budaya atau amfiteater lengkap dengan fasilitas tribun yang dapat menampung sekitar 3.000 penonton.
Fasilitas pendukung itu dinilai ideal sebagai ruang berekspresi para seniman dan budayawan di Kota Mataram, dan juga daerah-daerah lain di NTB.
Teras Udayana dibangun dengan anggaran Rp5,6 miliar. Anggaran tersebut merupakan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2023. Teras Udayana diresmikan pada 12-13 Januari 2024.
Kegiatan peresmian berlangsung selama dua hari. Pada hari pertama, Jumat malam (12/1), Pemerintah Kota Mataram menggelar doa dan zikir dengan melibatkan tokoh agama, mejelis taklim, siswa, serta warga sekitar. Kegiatan tersebut terbuka untuk umum.
Kemudian, pada pada hari berikutnya, Sabtu (13/1) malam, Pemerintah Kota Mataram menggelar acara peresmian Teras Udayana dengan menampilkan berbagai kesenian tradisional dari daerah setempat.
Menurut rencana, Teras Udayana akan mengadopsi konsep gelanggang pertunjukan di Ubud Bali yang setiap akhir pekan mementaskan Tari Kecak sehingga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang.
Begitu juga amfiteater di Teras Udayana bisa dimanfaatkan oleh para pelaku seni dan budaya untuk menggelar pertunjukan sebagai bagian promosi pariwisata.
Wali Kota Mataram H Mohan Roliskaan meminta setelah Teras Udayana diresmikan, harus ada jadwal yang pasti untuk berbagai agenda seni dan budaya agar masyarakat dan wisatawan tahu dan datang. Dengan demikian, Teras Udayana bisa menjadi ikon baru Kota Mataram sebagai pusat pagelaran seni dan budaya di daerah ini.
Tidak pernah sepi
Setelah diresmikan, Teras Udayana tidak pernah sepi dari pengunjung, tidak hanya dari warga kota melainkan juga warga luar Kota Mataram, pada pagi hingga malam hari.
Di Teras Udayana masyarakat melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan minat dan kebutuhannya, seperti berolahraga dengan menyalurkan bakat bermain sepatu roda, ada juga yang datang sekadar jalan-jalan mengedukasi anak-anak dan berinteraksi dengan lingkungan.
Teras Udayana selain sebagai pusat kegiatan seni dan budaya, juga bisa menjadi ruang untuk berolahraga, edukasi, interaksi sosial, dan transaksi usaha.
Halimah salah satu pengunjung menyatakan bersyukur dengan adanya Teras Udayana yang dibangun lebih luas, aman dan nyaman untuk dikunjungi warga.
Halimah dan juga warga Kota Mataram menyampaikan terima kasih kepada pemerintah setempat yang telah melakukan penataan kawasan tersebut. Mereka juga berharap setelah fasilitas publik ini dibangun harus ada pemeliharaan lebih lanjut, terutama dalam hal kebersihan.
Apalagi, keberadaan Teras Udayana bak seperti gula, sehingga "semut-semut" atau para pedagang kaki lima (PKL) di sekitarnya bermunculan. Bahkan jumlahnya kini kian bertambah banyak.
Kendati demikian, Pemerintah Kota Mataram tidak mempermasalahkan tentang keberadaan PKL yang terus bertambah.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Uun Pujianto mengatakan, berapapun PKL yang beraktivitas di areal tersebut, tetap akan diakomodasi dan tidak dilarang berjualan. Asalkan mereka bisa mengikuti aturan yang sudah ditetapkan antara lain, dengan menjaga kebersihan, tidak membiarkan gerobak setelah berjualan, dan tidak berjualan di malam Jumat sesuai kesepakatan awal.
Sebelum Teras Udayana dibangun dan diresmikan jumlah PKL sekitar 30, kini jumlahnya hampir mencapai 100 karena setiap hari ada saja pedagang baru.
Kondisi itu dinilai menjadi salah satu hal yang wajar karena areal Teras Udayana semakin cantik dan menarik sehingga menjadi daya tarik bagi para pengunjung.
Sementara penambahan PKL itu menjadi satu indikasi bergeliatnya ekonomi masyarakat. Apalagi, pengunjung di Teras Udayana terus meningkat sehingga menjadi peluang bagi para pelaku usaha kecil.
"Hal itu (tumbuhnya PKL di sekitar Teras Udayana) tentu bisa berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal itu yang menjadi tujuan utama di setiap program pembangunan pemerintah," kata Uun Pujianto.
Artikel
Teras Udayana, ruang kreatif warga Kota Mataram dalam berkesenian
Oleh Nirkomala
25 Januari 2024 18:18 WIB
Aktivitas masyarakat di sreal Ruang Kreatif Teras Udayana Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. ANTARA/Nirkomala
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: