Indramayu (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meninjau langsung kondisi tanggul di Desa Eretan Kulon, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Dalam kunjungannya, Menko Airlangga berkesempatan melihat secara langsung dampak degradasi lingkungan dan penanganan banjir rob di salah satu bagian kawasan pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa.

"Telah dibangun bendungan-bendungan di mana investasi pemerintah yang anggaran diturunkan sekitar Rp50 miliar," kata Menko Airlangga di Desa Eretan Kulon, Indramayu, Jawa Barat, Rabu.

Menko Airlangga menjelaskan guna memitigasi risiko bencana di sepanjang pesisir Pantura Jawa tersebut, pemerintah terus berupaya melakukan intervensi melalui sejumlah kebijakan strategis yang komprehensif.

Salah satu kebijakan tersebut yakni dengan pembangunan tanggul pengaman pantai dan sungai serta pembangunan sistem polder dan pompa di wilayah utara Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat yang juga menjadi salah satu bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).

Pemerintah juga melakukan pembangunan Major Project Pengaman Pesisir 5 Perkotaan Pantura Jawa yakni Jabodetabek, Cirebon Raya, Kedungsepur, Petanglong, dan Gerbangkertosusila.

Proyek tersebut dilakukan pemerintah melalui penyediaan akses air minum perpipaan, pemantauan penurunan tanah dan kualitas air, pembangunan tanggul pantai, serta pengolahan air limbah.

Selain itu, sebagai solusi jangka panjang, Pemerintah telah menyiapkan konsep pembangunan Giant Sea Wall yang salah satunya berada pada Jalan Tol Semarang–Demak.

Baca juga: Pemerintah sebut pembangunan Giant Sea Wall libatkan banyak pihak

Baca juga: Menko Airlangga tegaskan ada studi ekologi untuk “giant sea wall”


Konsep pembangunan Giant Sea Wall tak hanya berperan sebagai bangunan pelindung, namun sekaligus juga sebagai sarana konservasi lingkungan kelautan dan perbaikan kehidupan masyarakat, peningkatan penyediaan sanitasi hingga air bersih.

Dalam peninjauannya, Menko Airlangga melihat langsung lokasi struktur pemecah gelombang dan tanggul pantai yang berada di Desa Eretan Kulon.

"Bangunan tanggul tersebut hanya bersifat sementara untuk menjaga agar garis pantai tidak mengalami kemunduran kembali akibat abrasi," ujarnya.

Desa Eretan Kulon sendiri merupakan salah satu desa yang merasakan dampak langsung dari degradasi lingkungan dan perubahan iklim seperti penurunan muka tanah, kenaikan permukaan laut, dan abrasi pantai.

Selain itu, masyarakat Desa Eretan Kulon juga sangat terdampak dengan adanya banjir rob, yang bahkan pernah mencapai ketinggian 1 meter.

Adapun secara spasial, Pulau Jawa masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi nasional dan memiliki kontribusi signifikan dengan share mencapai 57,12 persen terhadap PDB nasional.

Namun demikian, Pulau Jawa sendiri juga masih dihadapkan dengan sejumlah tantangan seperti erosi, abrasi, banjir, kenaikan permukaan air laut, hingga penurunan permukaan tanah (land subsidence) di sepanjang daerah Pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa.

Kawasan pesisir Pantura Jawa sendiri paling tidak ditinggali oleh sebanyak 48 persen dari penduduk Pulau Jawa dengan aktivitas ekonomi yang berkontribusi sebesar 20 persen dari PDB nasional.