Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah dalam beberapa waktu terakhir dinilai mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai kondisi untuk mengevaluasi diri.

Ditemui usai menghadiri acara Malam Resepsi HUT Ke-19 Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Jakarta, Kamis malam, BJ Habibie mengatakan ada pelajaran yang bisa dipetik dari kondisi tersebut. Utamanya karena dampaknya yang signifikan terhadap kegiatan ekspor impor.

"Nah ini jadi kita harus belajar dari sini bahwa kita yang sampai sekarang impor, belajar supaya dia (asing) kerja sama dengan perusaahan sini atau meyakinkan perusahaan yang selalu ekspor ke Indonesia untuk berinvestasi ke sini," ujarnya.

Lebih lanjut, Habibie juga mengungkapkan perlunya membina hubungan baik dengan investor asing karena mereka bisa menyediakan lapangan kerja.

"Bagi kita tidak penting siapa pemilik perusahaan itu, selama itu legal, mereka bayar pajak, bisa menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan produksi kita, ya harus kita bina," katanya.

Diakui mantan Menteri Riset dan Teknologi itu, kondisi melemahnya nilai tukar rupiah serta anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang berdampak ganda terutama dari sisi ekspor dan impor.

"Yang menguntungkan ini adalah (perusahaan) yang melakukan produksi di dalam negeri. Kalau perusahaan yang bahan bakunya diimpor, pasti kewalahan. Memang sudah begitu semestinya," katanya. (*)