Menlu Saudi: Tak ada normalisasi dengan Israel tanpa negara Palestina
22 Januari 2024 16:45 WIB
Arsip - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kanan) berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud setibanya di tempat Pertemuan Menteri Luar Negeri (FMM) G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (8/7/2022). ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/rwa.
Istanbul (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud menegaskan negaranya tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel jika isu Palestina tidak terselesaikan.
"Itu lah satu-satunya cara kita mendapat manfaat (dari normalisasi hubungan)," kata Faisal dalam wawancara dengan CNN yang disiarkan pada Minggu (21/1).
“Jadi, ya, karena kita memerlukan stabilitas, dan stabilitas hanya bisa dicapai melalui penyelesaian masalah Palestina," ujar dia, menegaskan.
Pekan lalu, Faisal berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, bahwa Israel tidak dapat menikmati perdamaian tanpa pembentukan negara Palestina.
Dia juga menekankan perlunya gencatan senjata di Jalur Gaza.
Sebelum perang Israel di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober tahun lalu, Arab Saudi sedang dalam proses perundingan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Negosiasi itu dimediasi oleh Amerika Serikat.
Namun, para analis yakin perang tersebut telah menyebabkan penundaan pembicaraan antara kedua pihak.
Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok pejuang Hamas Palestina.
Serangan Israel menewaskan sedikitnya 25.105 warga Palestina dan melukai 62.681 orang lainnya, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Serangan Israel juga menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi, di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Saudi: Israel tak ada kemajuan untuk capai tujuannya di Gaza
Baca juga: Saudi tetap ingin normalisasi hubungan dengan Israel pascaperang Gaza
"Itu lah satu-satunya cara kita mendapat manfaat (dari normalisasi hubungan)," kata Faisal dalam wawancara dengan CNN yang disiarkan pada Minggu (21/1).
“Jadi, ya, karena kita memerlukan stabilitas, dan stabilitas hanya bisa dicapai melalui penyelesaian masalah Palestina," ujar dia, menegaskan.
Pekan lalu, Faisal berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, bahwa Israel tidak dapat menikmati perdamaian tanpa pembentukan negara Palestina.
Dia juga menekankan perlunya gencatan senjata di Jalur Gaza.
Sebelum perang Israel di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober tahun lalu, Arab Saudi sedang dalam proses perundingan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Negosiasi itu dimediasi oleh Amerika Serikat.
Namun, para analis yakin perang tersebut telah menyebabkan penundaan pembicaraan antara kedua pihak.
Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok pejuang Hamas Palestina.
Serangan Israel menewaskan sedikitnya 25.105 warga Palestina dan melukai 62.681 orang lainnya, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Serangan Israel juga menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi, di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Saudi: Israel tak ada kemajuan untuk capai tujuannya di Gaza
Baca juga: Saudi tetap ingin normalisasi hubungan dengan Israel pascaperang Gaza
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: