BNPB upayakan modifikasi cuaca dapat atasi potensi banjir di Riau
20 Januari 2024 02:03 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto (tengah) dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Bencana Hidrometeorologi di Provinsi Riau, Kota Pekanbaru, Jumat (19/1/2024). ANTARA/HO-BNPB.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan, pihaknya mengupayakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) dapat mengurangi potensi dampak yang lebih luas akibat banjir di Riau.
Suharyanto dalam keterangan di Jakarta, Jumat (19/1) malam, mengatakan hujan lebat akan berpotensi terjadi pada tiga hari hingga seminggu ke depan di wilayah Riau.
"Prediksi BMKG di Provinsi Riau ini, tiga hari hingga seminggu ke depan masih akan turun hujan yang cukup lebat," ujarnya.
Potensi bahaya banjir susulan masih berpeluang terjadi sepekan ke depan, kata dia pada Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Bencana Hidrometeorologi di Provinsi Riau, Kota Pekanbaru, Jumat (19/1).
Dengan adanya potensi bahaya banjir yang dipicu faktor cuaca, BNPB telah mendiskusikan dengan instansi terkait untuk melakukan operasi TMC.
Baca juga: BNPB beri bantuan kepada pemerintah daerah terdampak banjir di Riau
Baca juga: Dirut PHR serahkan bantuan pangan untuk korban banjir Rokan Hilir
"Mudah-mudahan dalam satu-dua hari nanti akan ada TMC," tambah Suharyanto.
Operasi ini akan menyasar pada wilayah-wilayah yang masih terendam. Ini dikarenakan kawasan terdampak itu mengakibatkan dampak ekonomi yang besar.
Hal tersebut juga akan meminta masukan dari gubernur dan BMKG. Suharyanto menceritakan saat bertemu Bupati Pelalawan, gas di sana harganya meningkat tajam karena pasokan terganggu.
"Kemudian truk-truk dari Sumatra Barat terpaksa harus menunggu berjam-jam sampai air surut," tambah Suharyanto.
Pada kesempatan itu, Kepala BNPB mengatakan, operasi TMC ini tentu tidak mudah, tidak seperti pada penanganan kebakaran hutan dan lahan. TMC pada bencana ini bertujuan untuk menurunkan hujan.
Sedangkan di musim hujan, ini tentu sebaliknya. Sejauh ini BNPB melakukan TMC untuk penanganan potensi bahaya Hidrometeorologi basah di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Hal senada disampaikan Gubernur Riau Edy Nasution pada Rakor yang dihadiri bupati atau perwakilan BPBD se-Provinsi Riau. Ia mengatakan, potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat masih terjadi di hampir sebagian wilayah Riau.
"Berdasarkan hasil analisis data impact based forecast dari BMKG, Satgas Banjir PUPR dan inaRISK BNPB, wilayah Provinsi Riau umumnya berada dalam kategori Waspada," jelas Gubernur.
Sejauh ini pemerintah provinsi, kabupaten dan kota telah melakukan berbagai upaya penanganan banjir di wilayah.
Gubernur menyampaikan, di antaranya para jajaran BPBD dan dinas terkait, TNI, Polri dan mitra kerja lain tetap bersiaga untuk membantu warga terdampak, seperti evakuasi, pengoperasian dapur umum, diseminasi informasi dan peringatan dini. Data BPBD Provinsi Riau hingga hari Jumat (19/1), masyarakat terdampak banjir pada 1 - 15 Januari 2024 mencapai 36.541 KK atau 147.301 jiwa.
Baca juga: Kepala BNPB tinjau kondisi banjir di Riau
Baca juga: BPBD catat 3.398 warga Riau masih mengungsi
Suharyanto dalam keterangan di Jakarta, Jumat (19/1) malam, mengatakan hujan lebat akan berpotensi terjadi pada tiga hari hingga seminggu ke depan di wilayah Riau.
"Prediksi BMKG di Provinsi Riau ini, tiga hari hingga seminggu ke depan masih akan turun hujan yang cukup lebat," ujarnya.
Potensi bahaya banjir susulan masih berpeluang terjadi sepekan ke depan, kata dia pada Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Bencana Hidrometeorologi di Provinsi Riau, Kota Pekanbaru, Jumat (19/1).
Dengan adanya potensi bahaya banjir yang dipicu faktor cuaca, BNPB telah mendiskusikan dengan instansi terkait untuk melakukan operasi TMC.
Baca juga: BNPB beri bantuan kepada pemerintah daerah terdampak banjir di Riau
Baca juga: Dirut PHR serahkan bantuan pangan untuk korban banjir Rokan Hilir
"Mudah-mudahan dalam satu-dua hari nanti akan ada TMC," tambah Suharyanto.
Operasi ini akan menyasar pada wilayah-wilayah yang masih terendam. Ini dikarenakan kawasan terdampak itu mengakibatkan dampak ekonomi yang besar.
Hal tersebut juga akan meminta masukan dari gubernur dan BMKG. Suharyanto menceritakan saat bertemu Bupati Pelalawan, gas di sana harganya meningkat tajam karena pasokan terganggu.
"Kemudian truk-truk dari Sumatra Barat terpaksa harus menunggu berjam-jam sampai air surut," tambah Suharyanto.
Pada kesempatan itu, Kepala BNPB mengatakan, operasi TMC ini tentu tidak mudah, tidak seperti pada penanganan kebakaran hutan dan lahan. TMC pada bencana ini bertujuan untuk menurunkan hujan.
Sedangkan di musim hujan, ini tentu sebaliknya. Sejauh ini BNPB melakukan TMC untuk penanganan potensi bahaya Hidrometeorologi basah di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Hal senada disampaikan Gubernur Riau Edy Nasution pada Rakor yang dihadiri bupati atau perwakilan BPBD se-Provinsi Riau. Ia mengatakan, potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat masih terjadi di hampir sebagian wilayah Riau.
"Berdasarkan hasil analisis data impact based forecast dari BMKG, Satgas Banjir PUPR dan inaRISK BNPB, wilayah Provinsi Riau umumnya berada dalam kategori Waspada," jelas Gubernur.
Sejauh ini pemerintah provinsi, kabupaten dan kota telah melakukan berbagai upaya penanganan banjir di wilayah.
Gubernur menyampaikan, di antaranya para jajaran BPBD dan dinas terkait, TNI, Polri dan mitra kerja lain tetap bersiaga untuk membantu warga terdampak, seperti evakuasi, pengoperasian dapur umum, diseminasi informasi dan peringatan dini. Data BPBD Provinsi Riau hingga hari Jumat (19/1), masyarakat terdampak banjir pada 1 - 15 Januari 2024 mencapai 36.541 KK atau 147.301 jiwa.
Baca juga: Kepala BNPB tinjau kondisi banjir di Riau
Baca juga: BPBD catat 3.398 warga Riau masih mengungsi
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024
Tags: