Petani sayuran dataran rendah di Lebak, Banten penuhi permintaan pasar
19 Januari 2024 15:30 WIB
Produksi aneka tanaman sayuran dataran tinggi di Blok Kanaga Warunggunung, Kabupaten Lebak, Banten tengah diangkut ke kendaraan colt untuk dipasok ke Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang. ANTARA/Mansur
Lebak (ANTARA) - Sejumlah petani sayuran dataran rendah di Kabupaten Lebak, Banten mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga bisa menggulirkan perekonomian masyarakat di daerah ini.
"Kami di Blok Kanaga Warunggunung saja bisa memenuhi permintaan pasar sekitar delapan ton per hari," kata Dede Supriatna (64), seorang petani sayuran dataran rendah di Lebak, Jumat.
Produksi aneka tanaman sayuran dataran rendah itu, antara lain peria/pare, timun, oyong, kacang panjang, terong, dan kukuk yang dipasok ke Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang dan Pasar Rangkasbitung.
Para tengkulak setiap sore hari mendatangi petani di Blok Kanaga Warunggunung dan sekitarnya dengan menggunakan angkutan colt untuk mengambil aneka sayuran yang sudah disiapkan petani.
Para tengkulak itu sudah menjadi langganan untuk menampung hasil aneka tanaman sayuran dataran rendah yang dikembangkan petani tersebut.
"Kami dan petani di sini mengembangkan tanaman sayuran dataran rendah, karena ada yang menampung tengkulak itu, sehingga tidak kesulitan untuk pemasaran," kata Dede lagi.
Menurut dia, saat ini, harga aneka sayuran dataran rendah rata-rata Rp6.000/ kg, dan jika produksinya mencapai delapan ton maka diakumulasikan total Rp48 juta/hari.
Selama ini, kata dia, produksi aneka tanaman sayuran itu bisa dipanen 15 sampai 20 kali.
"Kami mengembangkan tanaman sayuran itu cukup membantu ekonomi keluarga, juga menyerap puluhan tenaga kerja warga setempat," kata mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak itu pula.
Begitu juga petani lainnya, Mulyanto (55), warga Bojongleles, Kabupaten Lebak mengatakan dirinya mengembangkan tanaman sayuran dataran rendah itu untuk memenuhi permintaan pasar.
Saat ini, pihaknya melayani permintaan sayuran peria, timun, dan kacang panjang bisa mencapai dua ton dengan harga rata-rata Rp6.000/kilogram.
Apabila, harga sayuran itu Rp6.000 per kg dengan dua ton, maka bisa menghasilkan Rp12 juta per hari.
"Kami memanen aneka sayuran itu bisa dipanen 15 kali dari panen awal selama 40 hari setelah tanam, dan bisa menghasilkan pendapatan Rp Rp180 juta dengan tanam seluas 1,5 hektare," katanya menjelaskan.
Sukarli (45), seorang tengkulak mengaku dirinya memenuhi permintaan aneka tanaman sayuran dataran rendah ke Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang hingga mencapai delapan ton/hari.
Selama ini, pihaknya memasok produksi sayuran dari petani Kabupaten Lebak, karena sudah menjadi langganan.
"Kami selama 15 tahun menampung produksi aneka sayuran dataran tanah rendah itu," katanya pula.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Iskandar mengajak petani agar mengembangkan aneka tanaman sayuran dataran rendah, karena permintaan pasar cenderung meningkat dan menguntungkan.
"Kami baru mencatat dari 28 kecamatan, baru lima kecamatan yang menjadi andalan ekonomi produksi tanaman sayuran dataran rendah," kata Deni lagi.
"Kami di Blok Kanaga Warunggunung saja bisa memenuhi permintaan pasar sekitar delapan ton per hari," kata Dede Supriatna (64), seorang petani sayuran dataran rendah di Lebak, Jumat.
Produksi aneka tanaman sayuran dataran rendah itu, antara lain peria/pare, timun, oyong, kacang panjang, terong, dan kukuk yang dipasok ke Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang dan Pasar Rangkasbitung.
Para tengkulak setiap sore hari mendatangi petani di Blok Kanaga Warunggunung dan sekitarnya dengan menggunakan angkutan colt untuk mengambil aneka sayuran yang sudah disiapkan petani.
Para tengkulak itu sudah menjadi langganan untuk menampung hasil aneka tanaman sayuran dataran rendah yang dikembangkan petani tersebut.
"Kami dan petani di sini mengembangkan tanaman sayuran dataran rendah, karena ada yang menampung tengkulak itu, sehingga tidak kesulitan untuk pemasaran," kata Dede lagi.
Menurut dia, saat ini, harga aneka sayuran dataran rendah rata-rata Rp6.000/ kg, dan jika produksinya mencapai delapan ton maka diakumulasikan total Rp48 juta/hari.
Selama ini, kata dia, produksi aneka tanaman sayuran itu bisa dipanen 15 sampai 20 kali.
"Kami mengembangkan tanaman sayuran itu cukup membantu ekonomi keluarga, juga menyerap puluhan tenaga kerja warga setempat," kata mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak itu pula.
Begitu juga petani lainnya, Mulyanto (55), warga Bojongleles, Kabupaten Lebak mengatakan dirinya mengembangkan tanaman sayuran dataran rendah itu untuk memenuhi permintaan pasar.
Saat ini, pihaknya melayani permintaan sayuran peria, timun, dan kacang panjang bisa mencapai dua ton dengan harga rata-rata Rp6.000/kilogram.
Apabila, harga sayuran itu Rp6.000 per kg dengan dua ton, maka bisa menghasilkan Rp12 juta per hari.
"Kami memanen aneka sayuran itu bisa dipanen 15 kali dari panen awal selama 40 hari setelah tanam, dan bisa menghasilkan pendapatan Rp Rp180 juta dengan tanam seluas 1,5 hektare," katanya menjelaskan.
Sukarli (45), seorang tengkulak mengaku dirinya memenuhi permintaan aneka tanaman sayuran dataran rendah ke Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang hingga mencapai delapan ton/hari.
Selama ini, pihaknya memasok produksi sayuran dari petani Kabupaten Lebak, karena sudah menjadi langganan.
"Kami selama 15 tahun menampung produksi aneka sayuran dataran tanah rendah itu," katanya pula.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Iskandar mengajak petani agar mengembangkan aneka tanaman sayuran dataran rendah, karena permintaan pasar cenderung meningkat dan menguntungkan.
"Kami baru mencatat dari 28 kecamatan, baru lima kecamatan yang menjadi andalan ekonomi produksi tanaman sayuran dataran rendah," kata Deni lagi.
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: