Ternate (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Maluku Utara (Malut) menilai, melemahnya rupiah terhadap dolar hingga mencapai di atas Rp10.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dapat menguntungkan bagi petani cengkeh dan pala di Malut.
"Kalau lemahnya nilai rupiah terhadap dolar jangan dilihat dari sisi negatifnya, karena akan menguntungkan para petani cengkeh, pala dan berbagai komoditas lainnya dengan tujuan untuk diekspor," kata Kepala BI Perwakilan Malut, Budiyono, di Ternate, Minggu.
Ia mengatakan, lemahnya rupiah tidak akan mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat Malut, karena yang terasa akibat lemahnya rupiah ini bagi para konsumen yang akan membeli barang impor, seperti kendaraan roda dua maupun roda empat, dan peralatan elektronik.
Pasalnya, menurut dia, barang-barang impor yang masuk di Malut sifatnya bukan kebutuhan primer, dan hanya pelengkap aktivitas masyarakat.
Sejauh ini, kata Budiyono, secara umum tidak ada masyarakat yang melakukan aksi borong dolar AS.
"Transaksi di Ternate itu relatif sedikit, baik secara tunai maupun non-tunai," ujarnya.
Hal ini membuat melemahnya rupiah terhadap dolar AS, dinilainya, masih relatif kecil di Malut, termasuk kota Ternate.
BI Perwakilan Malut senantiasa memantau pergerakan rupiah terhadap semua mata uang asing, tetapi sejauh ini jumlah transaksinya relatif.
"BI sendiri tidak khusus melakukan pemantauan transaksi valas, karena transaksi valas relatif minim jumlahnya, jadi kita tidak mencatat jumlah tersebut," katanyamenambahkan.
Lemahnya rupiah untungkan petani di Malut
25 Agustus 2013 10:02 WIB
Ilustrasi transaksi dolar AS. (ANTARA/Wahyu Putro A.)
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013
Tags: