Santos upayakan referendum bagi perdamaian Kolombia
24 Agustus 2013 01:23 WIB
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos memberikan keterangan kepada media di rumah Kepresidenan Narino di Bogota, Kolombia, Senin (27/8). Pemerintah Kolombia berusaha untuk melakukan perundingan perdamaian dengan kelompok gerilya terbesar di negara tersebut, FARC, dan mungkin juga akan mempertimbangkan untuk berunding dengan kelompok pemberontak lainnya, kata Santos Senin kemarin. (REUTERS/John Vizcaino)
Bogota (ANATA News) - Presiden Kolombia Juan Manuel Santos menyatakan mengirim rancangan undang-undang ke Kongres untuk meminta pelaksanaan referendum mengenai perjanjian perdamaian dengan kelompok Marxis FARC.
Referendum itu rencananya akan diadakan pada hari yang sama dengan pelaksanaan pemilihan umum nasional, yang mengisyaratkan bahwa ia ingin konflik itu berakhir sesuai dengan kesepakatan dalam beberapa bulan mendatang, lapor Reuters.
Pemerintah dan pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) mengadakan perundingan di Havana sejak November lalu dengan tujuan mengakhiri konflik yang telah menewaskan ratusan ribu orang.
Dalam pernyataannya Kamis, Santos mengatakan, ada kebutuhan mendesak untuk meloloskan sebuah undang-undang yang memungkinkan rakyat Kolombia bisa memberikan suara mengenai perjanjian perdamaian, yang bersamaan waktunya dengan pemilihan umum legislatif atau pemilihan presiden yang akan berlangsung masing-masing pada Maret dan Mei tahun depan. Pemilu nasional Kolombia diadakan setiap empat tahun.
"Jika kita mencapai kesepakatan dan menjangkaunya pada akhir tahun seperti yang kita semua inginkan, dan tidak melakukan referendum, maka akan sangat tidak bertanggung jawab untuk memperkirakan kemungkinan ini," kata Santos, dengan menambahkan bahwa RUU itu diajukan kepada Kongres pada Kamis malam.
Kedua pihak telah mencapai sebagian kesepakatan mengenai reformasi tanah dan saat ini merancang cara-cara bagi anggota FARC untuk memasuki sistem politik. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.
FARC pekan ini untuk pertama kali mengakui tanggung jawab sebagian atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.
Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.
Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.
Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.
Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.
FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Referendum itu rencananya akan diadakan pada hari yang sama dengan pelaksanaan pemilihan umum nasional, yang mengisyaratkan bahwa ia ingin konflik itu berakhir sesuai dengan kesepakatan dalam beberapa bulan mendatang, lapor Reuters.
Pemerintah dan pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) mengadakan perundingan di Havana sejak November lalu dengan tujuan mengakhiri konflik yang telah menewaskan ratusan ribu orang.
Dalam pernyataannya Kamis, Santos mengatakan, ada kebutuhan mendesak untuk meloloskan sebuah undang-undang yang memungkinkan rakyat Kolombia bisa memberikan suara mengenai perjanjian perdamaian, yang bersamaan waktunya dengan pemilihan umum legislatif atau pemilihan presiden yang akan berlangsung masing-masing pada Maret dan Mei tahun depan. Pemilu nasional Kolombia diadakan setiap empat tahun.
"Jika kita mencapai kesepakatan dan menjangkaunya pada akhir tahun seperti yang kita semua inginkan, dan tidak melakukan referendum, maka akan sangat tidak bertanggung jawab untuk memperkirakan kemungkinan ini," kata Santos, dengan menambahkan bahwa RUU itu diajukan kepada Kongres pada Kamis malam.
Kedua pihak telah mencapai sebagian kesepakatan mengenai reformasi tanah dan saat ini merancang cara-cara bagi anggota FARC untuk memasuki sistem politik. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.
FARC pekan ini untuk pertama kali mengakui tanggung jawab sebagian atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.
Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.
Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.
Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.
Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.
FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013
Tags: