Kairo (ANTARA News) - Para pendukung mantan Presiden terguling Mesir, Mohammad Moursi, akan terus berdemonstrasi, dikhawatirkan dapat menimbulkan bentrokan berdarah baru dengan pihak keamanan.

Para demonstran ingin menunjukkan, mereka masih dapat menguasai jalanan satu pekan setelah ratusan temannya ditembak mati dan pemimpinnya dipenjarakan penguasa.


Sejauh ini militer Mesir telah dua kali meminta rakyat negara dengan sejarah delapan milenium itu turun ke jalan menentang para pendukung Moursi dengan Ikhwanul Muslimin sebagai motor pendukungnya.

Sebelumnya, masyarakat Mesir mengalami kerusuhan sipil terburuk dalam sejarah setelah pihak militer secara paksa menurunkan Moursi dari jabatannya.



Moursi sampai saat ini masih dipenjara, sedangkan mantan otokrat Husni Mubarak--yang digulingkan dalam arus pro-demokrasi pada 2011--dibebaskan dari penjara pada Kamis.

Aksi pendukung Moursi yang berkemah di tempat umum kemudian berakhir dengan bentrokan pada 14 Agustus lalu. Menurut perhitungan pemerintah, setidaknya 900 orang, termasuk di antaranya 100 tentara dan polisi, telah terbunuh dalam delapan haru terakhir.



Paling tidak tiga jurnalis mancanegara tewas dalam tugas reportase di Mesir itu.

Dalam beberapa hari terakhir, demonstrasi dari partai pendukung Moursi-Ikhwanul Muslimin yang sebelumnya diikuti puluhan ribu orang menunjukkan tanda-tanda menurun.



Beberapa pihak menilai kekuatan organisasi tersebut telah menurun akibat penangkapan sejumlah pemimpinnya oleh pihak militer.