Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS di awal perdagangan Rabu dibuka melemah menjelang rilis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).

"Hari ini Bl akan mengumumkan hasil rapat BI," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Josua memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga kebijakan atau BI-Rate di level 6 persen.
Rupiah pada perdagangan Rabu diproyeksikan akan berada di rentang Rp15.550 per dolar AS sampai dengan Rp15.675 per dolar AS.

Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) diperdagangkan beragam meskipun rupiah melemah pada Selasa (16/1). Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp29,07 triliun pada Selasa, lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan pada Senin sebesar Rp6,58 triliun.

Kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia naik Rp1,09 triliun menjadi Rp846 triliun (14,92 persen dari total beredar) pada 15 Januari 2024.

Pemerintah mengadakan lelang dan menyerap Rp24 triliun dari Rp67,56 triliun penawaran yang masuk, lebih tinggi dari penawaran yang masuk pada lelang sebelumnya sebesar Rp39,80 triliun.

Di sisi global, keraguan investor meningkat terhadap kemungkinan penurunan suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada Maret 2024, terutama karena kurangnya sinyal dari anggota The Fed dan solidnya data ekonomi AS terkini.

Kondisi tersebut menyebabkan investor beralih ke aset dolar AS sehingga mendorong penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS atau US Treasury (UST).
Investor menunggu pidato dari pejabat Fed lainnya untuk mengetahui sinyal penurunan suku bunga kebijakan. Saat ini, pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakannya sebesar 150 basis poin pada 2024.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi turun 33 poin atau 0,21 persen menjadi Rp15.626 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.593 per dolar AS.