Mustasyar PB NU: NU menang jika Khofifah menang
21 Agustus 2013 23:30 WIB
Calon Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, berorasi saat kampaye Pilgub Jatim di Lapangan Desa Kandat, Kabupaten Kediri, JawaTimur, Rabu (14/8). Kemenangan Khofifah dalam Pemilu Gubernur Jawa Timur 2013 kali ini menjadi fokus Dewan Penasehat (Mustasyar) PB NU.(ANTARA FOTO/Rudi Mulya)
Jakarta (ANTARA News) - Mustasyar (Penasihat) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), KH Ma'ruf Amin, mengajak warga NU untuk memenangkan Khofifah Indar Parawansa dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2013 karena kemenangan Khofifah merupakan kemenangan NU.
"Sebagai calon gubernur yang diusung PKB dan NU, maka Khofifah adalah representasi NU dan PKB. Kalau Khofifah menang artinya NU menang," kata Kiai Ma'ruf saat berkampanye untuk pasangan Khofifah-Herman, di Lumajang, Jawa Timur, Rabu.
Untuk itu, kata Kiai Ma'ruf, warga NU harus membulatkan tekad memenangkan Khofifah dengan menanggalkan kepentingan pribadi demi kemaslahatan umat.
"Mulai saat ini kita harus memiliki tekad bulat untuk memenangkan Khofifah. Kita tidak boleh mementingkan kepentingan pribadi, tapi mari kita wujudkan kemaslahatan umat dengan mendukung Khofifah," tandasnya.
Menurut Kiai Ma'ruf, tidak ada alasan bagi warga NU tidak mendukung Khofifah karena Ketua Umum Muslimat NU itu satu-satunya kader NU yang menjadi calon gubernur dalam Pilgub Jatim 2013.
"Tidak akan ada perbaikan bila kader NU hanya dijadikan sebagai wakil saja. Harus menjadi orang nomor satu," kata Kiai Ma`ruf.
Lebih lanjut Kiai Ma`ruf mengatakan, tolok ukur NU masih hidup dan bisa disatukan adalah jika warga NU bisa memenangkan Khofifah di Pilgub Jatim dan PKB menang Pemilu 2014 di provinsi itu.
Khusus soal isu perempuan tidak boleh menjadi gubernur, Kiai Ma'ruf yang juga Ketua Harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menyatakan keberatan terhadap pendapat tersebut.
"Kalau pemimpin tertinggi sebagai presiden memang belum layak perempuan, kalau tingkat gubernur tidak ada masalah seorang perempuan. Isu perempuan itu tidak relevan lagi dikampanyekan untuk pilgub," tandasnya.
Secara terpisah, Ketua PBNU Slamet Effendi Yusuf mengatakan Pemilu Gubernur Jawa Timur kali ini momentum tepat bagi NU untuk menempatkan kadernya sebagai orang nomor satu di Jawa Timur, provinsi basis NU.
"Dari Jawa Timur ini NU telah melakukan hal-hal besar, antara lain mengeluarkan Resolusi Jihad dan memperkokoh NKRI, tapi belum pernah kader NU menjadi orang nomor satu di provinsi ini," kata Slamet.
Mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor ini menegaskan bahwa sudah saatnya NU melalui kadernya memimpin langsung upaya menyejahterakan umat melalui pemerintahan. Menurutnya, upaya menyejahterakan umat tidak cukup dilakukan hanya dengan wacana dan seruan moral.
"Dan untuk itu tidak cukup jika hanya menjadi wakil. Harus menjadi orang nomor satu. Sekarang kesempatan itu terbuka di Jatim," katanya.
"Sebagai calon gubernur yang diusung PKB dan NU, maka Khofifah adalah representasi NU dan PKB. Kalau Khofifah menang artinya NU menang," kata Kiai Ma'ruf saat berkampanye untuk pasangan Khofifah-Herman, di Lumajang, Jawa Timur, Rabu.
Untuk itu, kata Kiai Ma'ruf, warga NU harus membulatkan tekad memenangkan Khofifah dengan menanggalkan kepentingan pribadi demi kemaslahatan umat.
"Mulai saat ini kita harus memiliki tekad bulat untuk memenangkan Khofifah. Kita tidak boleh mementingkan kepentingan pribadi, tapi mari kita wujudkan kemaslahatan umat dengan mendukung Khofifah," tandasnya.
Menurut Kiai Ma'ruf, tidak ada alasan bagi warga NU tidak mendukung Khofifah karena Ketua Umum Muslimat NU itu satu-satunya kader NU yang menjadi calon gubernur dalam Pilgub Jatim 2013.
"Tidak akan ada perbaikan bila kader NU hanya dijadikan sebagai wakil saja. Harus menjadi orang nomor satu," kata Kiai Ma`ruf.
Lebih lanjut Kiai Ma`ruf mengatakan, tolok ukur NU masih hidup dan bisa disatukan adalah jika warga NU bisa memenangkan Khofifah di Pilgub Jatim dan PKB menang Pemilu 2014 di provinsi itu.
Khusus soal isu perempuan tidak boleh menjadi gubernur, Kiai Ma'ruf yang juga Ketua Harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menyatakan keberatan terhadap pendapat tersebut.
"Kalau pemimpin tertinggi sebagai presiden memang belum layak perempuan, kalau tingkat gubernur tidak ada masalah seorang perempuan. Isu perempuan itu tidak relevan lagi dikampanyekan untuk pilgub," tandasnya.
Secara terpisah, Ketua PBNU Slamet Effendi Yusuf mengatakan Pemilu Gubernur Jawa Timur kali ini momentum tepat bagi NU untuk menempatkan kadernya sebagai orang nomor satu di Jawa Timur, provinsi basis NU.
"Dari Jawa Timur ini NU telah melakukan hal-hal besar, antara lain mengeluarkan Resolusi Jihad dan memperkokoh NKRI, tapi belum pernah kader NU menjadi orang nomor satu di provinsi ini," kata Slamet.
Mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor ini menegaskan bahwa sudah saatnya NU melalui kadernya memimpin langsung upaya menyejahterakan umat melalui pemerintahan. Menurutnya, upaya menyejahterakan umat tidak cukup dilakukan hanya dengan wacana dan seruan moral.
"Dan untuk itu tidak cukup jika hanya menjadi wakil. Harus menjadi orang nomor satu. Sekarang kesempatan itu terbuka di Jatim," katanya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: