Sekali suntik dengan lima proteksi dari vaksin Pentavalent
21 Agustus 2013 21:16 WIB
Karyawan PT Bio Farma (Persero) memerlihatkan vaksin hasil produksi mereka di ruang pengemasan, Bandung, Rabu (19/6). Vaksin terbaru mereka, vaksin Pentavalent, yang mampu mencegah lima penyakit bagi balita digadang-gadang akan mendominasi kecenderungan pasar vaksin dunia. Produk-produk PT Bio Farma (Persero) juga telah diterima negara-negara Islam anggota Organisasi Konferensi Islam. (ANTARA FOTO/Agus Bebeng)
Bandung (ANTARA News) - Satu kali aplikasi mendapat lima manfaat, itulah efektivitas dan efisiensi vaksin Pentavalent yang akan diluncurkan pemakaiannya oleh Kementerian Kesehatan dan PT Bio Farma (Persero), di Karawang, Jawa Barat, Kamis besok (22/8).
Istilah umumnya, inilah vaksin yang bersifat five in one. Sangat mudah, dan sangat efektif.
Dari namanya, Pentavalent, vaksin buatan satu-satunya produser vaksin di Asia Tenggara ini sangat efektif mencegah lima jenis penyakit secara sekaligus, yaitu difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan penyakit akibat infeksi virus Haemophylus influenza tipe B (HiB).
Vaksin Pentavalent dari PT Bio Farma (Persero) merupakan hasil pengembangan vaksin yang terdiri dari empat antigen, yaitu vaksin difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B (DPT-HB) yang dikembangkan sejak 2007.
Kemajuan yang terjadi kemudian, penambahan antigen Haemophylus influenza tipe B. Vaksin Pentavalent inilah yang menjadi fokus dalam pencanangan imunisasi nasional dari Kementerian Kesehatan. Ketersediaan vaksin Pentavalent dalam program nasional itu merupakan hasil kerja sama dengan Global Alliance for Vaccines and Immunisations (GAVI), yang berpusat di Swiss.
GAVI membeli sebanyak 1,4 juta vials (masing-masing lima dosis). kebutuhan vaksin Pentavalent di Indonesia akan mencapai 15 juta dosis pertahun.
Penggabungan lima antigen ini dimungkinkan karena jadwal pemberian kelima antigen itu sama, yaitu pada saat bayi berusia dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan. Nantinya balita cukup disuntik satu kali, sudah langsung mendapatkan lima proteksi.
Karena selama ini, untuk membangun kekebalan bayi terhadap kuman peyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan HIB, bayi harus disuntik dua kali dalam satu periode. Yakni, vaksin DTPHB dan vaksin HIB. Bahkan ada juga yang harus disuntik tiga kali yaitu vaksin DPT, hepatitis B dan HIB.
Direktur Produksi PT Bio Farma (Persero), Juliman, mengatakan, selain frekuensi penyuntikan bayi yang menjadi lebih sedikit, vaksin Pentavalent juga efisien.
"Penggunaan vaksin Pentavalent ini diharapkan bisa mengefisiensikan biaya produksi, biaya penyimpanan vaksin (cold chain), biaya jarum suntik, tenaga kesehatan, dan waktu. Efisiensi biaya ini, tentu saja akan berdampak pada harga yang lebih terjangkau bagi semua," katanya.
Juliman menambahkan, dengan beragam keuntungan itu, tidak mengherankan bila penggunaan vaksin Pentavalent diprediksi akan menjadi tren pada masa mendatang dan mendominasi pembelian vaksin dari para produsen vaksin di negara-negara berkembang.
PT Bio Farma (Persero) sudah mulai menguji klinis vaksin Pentavalent sejak 2010, dan telah melewati proses tahapan uji klinis fase I, II dan III. Tahapan itu langkah memastikan keefektifan vaksin pada manusia.
Pengujian bekerja sama dengan RS Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dan RS Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, vaksin Pentavalent juga telah didaftarkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk memperoleh ijin edar.
Tahun ini PT Bio Farma (Persero) sudah siap untuk menyuplai vaksin untuk seluruh provinsi di Indonesia, namun sebagai langkah awal pihaknya akan mensuplai untuk empat provinsi terlebih dahulu
"Tahun ini baru untuk Jawa Barat, DI Yogyakarta, Bali, dan NTB. Nanti dapat diproduksi dan memenuhi untuk kebutuhan seluruh provinsi di Indonesia," kata Juliman. Keperluan pada skala nasional atas vaksin Pentavalent ini mencapai 15 juta dosis pertahun.
Istilah umumnya, inilah vaksin yang bersifat five in one. Sangat mudah, dan sangat efektif.
Dari namanya, Pentavalent, vaksin buatan satu-satunya produser vaksin di Asia Tenggara ini sangat efektif mencegah lima jenis penyakit secara sekaligus, yaitu difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan penyakit akibat infeksi virus Haemophylus influenza tipe B (HiB).
Vaksin Pentavalent dari PT Bio Farma (Persero) merupakan hasil pengembangan vaksin yang terdiri dari empat antigen, yaitu vaksin difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B (DPT-HB) yang dikembangkan sejak 2007.
Kemajuan yang terjadi kemudian, penambahan antigen Haemophylus influenza tipe B. Vaksin Pentavalent inilah yang menjadi fokus dalam pencanangan imunisasi nasional dari Kementerian Kesehatan. Ketersediaan vaksin Pentavalent dalam program nasional itu merupakan hasil kerja sama dengan Global Alliance for Vaccines and Immunisations (GAVI), yang berpusat di Swiss.
GAVI membeli sebanyak 1,4 juta vials (masing-masing lima dosis). kebutuhan vaksin Pentavalent di Indonesia akan mencapai 15 juta dosis pertahun.
Penggabungan lima antigen ini dimungkinkan karena jadwal pemberian kelima antigen itu sama, yaitu pada saat bayi berusia dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan. Nantinya balita cukup disuntik satu kali, sudah langsung mendapatkan lima proteksi.
Karena selama ini, untuk membangun kekebalan bayi terhadap kuman peyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan HIB, bayi harus disuntik dua kali dalam satu periode. Yakni, vaksin DTPHB dan vaksin HIB. Bahkan ada juga yang harus disuntik tiga kali yaitu vaksin DPT, hepatitis B dan HIB.
Direktur Produksi PT Bio Farma (Persero), Juliman, mengatakan, selain frekuensi penyuntikan bayi yang menjadi lebih sedikit, vaksin Pentavalent juga efisien.
"Penggunaan vaksin Pentavalent ini diharapkan bisa mengefisiensikan biaya produksi, biaya penyimpanan vaksin (cold chain), biaya jarum suntik, tenaga kesehatan, dan waktu. Efisiensi biaya ini, tentu saja akan berdampak pada harga yang lebih terjangkau bagi semua," katanya.
Juliman menambahkan, dengan beragam keuntungan itu, tidak mengherankan bila penggunaan vaksin Pentavalent diprediksi akan menjadi tren pada masa mendatang dan mendominasi pembelian vaksin dari para produsen vaksin di negara-negara berkembang.
PT Bio Farma (Persero) sudah mulai menguji klinis vaksin Pentavalent sejak 2010, dan telah melewati proses tahapan uji klinis fase I, II dan III. Tahapan itu langkah memastikan keefektifan vaksin pada manusia.
Pengujian bekerja sama dengan RS Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dan RS Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, vaksin Pentavalent juga telah didaftarkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk memperoleh ijin edar.
Tahun ini PT Bio Farma (Persero) sudah siap untuk menyuplai vaksin untuk seluruh provinsi di Indonesia, namun sebagai langkah awal pihaknya akan mensuplai untuk empat provinsi terlebih dahulu
"Tahun ini baru untuk Jawa Barat, DI Yogyakarta, Bali, dan NTB. Nanti dapat diproduksi dan memenuhi untuk kebutuhan seluruh provinsi di Indonesia," kata Juliman. Keperluan pada skala nasional atas vaksin Pentavalent ini mencapai 15 juta dosis pertahun.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: