Dokter: Kurang lengkapnya imunisasi berisiko sebabkan Polio pada anak
12 Januari 2024 19:39 WIB
Tangkapan layar - Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta dr Braghmandita Widya Indraswari dalam diskusi tentang Polio yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (12/1/2024). ANTARA/Sean Muhamad.
Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta dr Braghmandita Widya Indraswari mengungkapkan kurang lengkapnya dosis imunisasi berisiko menyebabkan penyakit Polio pada anak.
"Karena Polio ini belum ada obatnya, maka imunisasi menjadi penting. Imunisasi yang tidak lengkap pada anak, menyebabkan anak berisiko terinfeksi Polio," katanya dalam diskusi tentang Polio yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Selain bermanfaat bagi anak, Widya mengemukakan imunisasi bisa membantu anak-anak lain yang tidak bisa divaksin karena penyakit bawaan tertentu, dengan menciptakan kekebalan kelompok atau herd immunity, karena virus Polio merupakan salah satu virus yang dapat menular dengan cepat.
Lebih lanjut, ia menyebutkan kondisi sanitasi yang kurang baik, lingkungan tinggal yang padat, dan pola hidup yang tidak bersih merupakan sejumlah faktor risiko lain yang dapat mengakibatkan anak terinfeksi Polio.
Mencegah anak untuk tidak terinfeksi Polio penting, sebab menurutnya, dua sampai sepuluh persen anak yang terinfeksi Polio bisa mengalami kelumpuhan yang menyebabkan cacat seumur hidup, hingga kematian.
"Kalau lumpuh, kaki anak atau individu menjadi tidak bisa dipakai untuk berjalan. Hal ini menyebabkan adanya disabilitas pada anak yang tadinya bisa jalan, sekarang harus menggunakan alat bantu dan mengakibatkan cacat yang sifatnya permanen, seumur hidup," katanya.
Adapun terkait dengan kematian, Widya menjelaskan virus Polio yang menyerang sistem saraf dan otot juga bisa menyerang sistem saraf dan otot yang terkait dengan organ pernapasan, sehingga dapat mengganggu proses pernapasan yang lambat laun mengakibatkan kematian.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, kasus polio dapat dicegah dengan melaksanakan imunisasi Polio lengkap.
Menurutnya, imunisasi Polio lengkap meliputi vaksin polio tetes (OPV) pertama di usia satu bulan, vaksin OPV kedua di usia dua bulan, vaksin OPV ketiga di usia tiga bulan, vaksin OPV keempat dan Polio suntik (IPV) di usia empat bulan, serta vaksin IPV kedua di usia sembilan bulan.
"Kombinasi imunisasi polio tetes dan suntik diberikan untuk mengoptimalkan pembentukan kekebalan terhadap semua virus Polio," kata Maxi Rein Rondonuwu.
"Karena Polio ini belum ada obatnya, maka imunisasi menjadi penting. Imunisasi yang tidak lengkap pada anak, menyebabkan anak berisiko terinfeksi Polio," katanya dalam diskusi tentang Polio yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Selain bermanfaat bagi anak, Widya mengemukakan imunisasi bisa membantu anak-anak lain yang tidak bisa divaksin karena penyakit bawaan tertentu, dengan menciptakan kekebalan kelompok atau herd immunity, karena virus Polio merupakan salah satu virus yang dapat menular dengan cepat.
Lebih lanjut, ia menyebutkan kondisi sanitasi yang kurang baik, lingkungan tinggal yang padat, dan pola hidup yang tidak bersih merupakan sejumlah faktor risiko lain yang dapat mengakibatkan anak terinfeksi Polio.
Mencegah anak untuk tidak terinfeksi Polio penting, sebab menurutnya, dua sampai sepuluh persen anak yang terinfeksi Polio bisa mengalami kelumpuhan yang menyebabkan cacat seumur hidup, hingga kematian.
"Kalau lumpuh, kaki anak atau individu menjadi tidak bisa dipakai untuk berjalan. Hal ini menyebabkan adanya disabilitas pada anak yang tadinya bisa jalan, sekarang harus menggunakan alat bantu dan mengakibatkan cacat yang sifatnya permanen, seumur hidup," katanya.
Adapun terkait dengan kematian, Widya menjelaskan virus Polio yang menyerang sistem saraf dan otot juga bisa menyerang sistem saraf dan otot yang terkait dengan organ pernapasan, sehingga dapat mengganggu proses pernapasan yang lambat laun mengakibatkan kematian.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, kasus polio dapat dicegah dengan melaksanakan imunisasi Polio lengkap.
Menurutnya, imunisasi Polio lengkap meliputi vaksin polio tetes (OPV) pertama di usia satu bulan, vaksin OPV kedua di usia dua bulan, vaksin OPV ketiga di usia tiga bulan, vaksin OPV keempat dan Polio suntik (IPV) di usia empat bulan, serta vaksin IPV kedua di usia sembilan bulan.
"Kombinasi imunisasi polio tetes dan suntik diberikan untuk mengoptimalkan pembentukan kekebalan terhadap semua virus Polio," kata Maxi Rein Rondonuwu.
Pewarta: Sean Muhamad
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024
Tags: