Yerusalem (ANTARA News) - Israel dan Barat mesti mendukung tentara Mesir, kata seorang pejabat Israel, menyusul tewasnya 24 polisi Mesir dalam satu serangan di Sinai yang berbatasan dengan Israel.

Komentar pejabat Israel yang tak disebutkan namanya di sebuah harian Israel ini muncul setelah New York Times melaporkan bahwa Israel akan menekan Barat untuk mendukung militer Mesir.

"Dengan tidak menjauhkan kerusuhan-kerusuhan itu dari mereka (tentara Mesir), dengan tiga melukai atau mengancam mereka, maka AS dan Uni Eropa bisa membantu Mesir ke relnya kembali," lapor Jerusalem Post mengutip pejabat berwenang Israel.

"Nama dari permainan ini sekarang bukan lagi demokrasi," sambung sang pejabat. "Nama dari permainan itu adalah kebutuhan untuk memfungsikan negara. Setelah kalian mengembalikan Mesir ke relnya, maka (kalian dapat) berbicara mengenai diawalinya lagi proses demokrasi di sana."

Kerusuhan yang terjadi di Mesir telah membangkitkan keprihatinan Israel, terutama karena kekerasan dari kelompok Islam politik yang terus meningkat di Semenanjung Sinai yang tak berhukum, yang berbatasan baik dengan Israel maupun Jalur Gaza.

Israel dan Mesir yang pada 1979 menjadi negara Arab pertama yang mengikat perjanjian damai dengan Israel, berkoordinasi erat mengenai aktivitas militer di Sinai.

Senin pagi lalu kaum militan menembakkan roket peluncur granat ke dua bus di Sinai dan menewaskan 24 polisi Mesir.

Pada 13 Agustus, kaum militan meroket kota Israel di Laut Merah di Sinai, Eilat, setelah kaum militan menuduh pesawat tak berawak Israel menyerang mereka di Sinai.

Kaum militan menuduh tentara Mesir melakukan serangan terkoordinasi dengan Israel. Mereka juga mengancam akan terus menyerang Israel, demikian AFP.