Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan menerapkan strategi menjaga daya beli masyarakat untuk merealisasikan target pertumbuhan ekonomi Indonesia di rentang 6,4-6,9 persen sesuai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014.

"Dalam GDP porsi pertumbuhan ekonomi terbesar itu konsumsi rumah tangga sebesar 55 persen. Untuk mendorong konsumsi rumah tangga ada dua cara yakni inflasi terkendali dan daya beli terjaga," kata Menteri Keuangan Chatib Basri di Jakarta, Senin.


"Pemerintah akan terapkan keep buying strategy (strategi menjaga daya beli)," katanya.


Dia mengatakan, apabila daya beli masyarakat tetap terjaga maka produksi perusahaan terjaga, tenaga kerja tetap terserap dan masyarakat memperoleh pendapatan yang bisa dibelanjakan.



"Jadi ini efek berkelanjutan," katanya.



Menurut dia, strategi menjaga daya beli antara lain akan dilakukan dengan menyiapkan stimulus pasar, antara lain berupa insentif pajak.




"Salah satunya memberikan insentif pajak buat asosiasi dan industri yang tidak melakukan PHK. Saya sedang mengeksplorasi insentif apa yang lebih efektif, sehingga orang tidak di PHK dan konsumsi bisa lebih tinggi," kata dia.

Di sisi lain Chatib meyakini inflasi akan terkendali pada Oktober.



Menurut perhitungannya, pada Agustus pemerintah tidak lagi menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi, lalu pada September komoditi impor untuk stabilisasi harga sudah mulai masuk, sehingga pada Oktober inflasi terkendali dan menaikkan daya beli masyarakat.

"Ini semua tentu jangka pendek, karena tidak mungkin kita terus menerus belanja tanpa income," kata dia.

Chatib menjelaskan pula bahwa target pertumbuhan ekonomi 6,4 persen tahun 2014 merupakan target bawah yang pencapaiannya membutuhkan ekstra kerja keras.



Bahkan, kata dia, menurut beberapa pihak target realistis pertumbuhan ekonomi 2014 di kisaran enam persen.