Praktisi kesehatan UNS sebut imunisasi cegah serangan polio
11 Januari 2024 19:11 WIB
Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dr Debby Andina Landiasari di Solo, Jawa Tengah, Kamis (11/1/2024). ANTARA/HO-Dokumentasi pribadi
Solo (ANTARA) - Praktisi kesehatan dari Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Dr Debby Andina Landiasari menyebut imunisasi dapat mencegah polio pada anak.
"Polio dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio sesuai jadwal. Kementerian Kesehatan menyediakan imunisasi polio secara gratis di semua fasilitas kesehatan pemerintah," kata Dokter Spesialis Anak RS UNS tersebut di Solo, Jawa Tengah, Kamis.
Untuk imunisasi yang diberikan yaitu vaksin polio tetes atau oral polio vaccine (OPV) pada usia satu bulan, dua bulan, tiga bulan, empat bulan, dan vaksin polio suntik atau inactivated polio vaccine (IPV) yang diberikan pada usia empat bulan dan sembilan bulan.
Menurut dia, ketika anak tidak mendapatkan imunisasi polio maka anak tersebut akan lebih rentan terhadap penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
"Selain itu, anak yang tidak diimunisasi berisiko tinggi menjadi sumber penularan penyakit polio kepada orang lain. Sedangkan tidak adanya cakupan imunisasi yang memadai dapat meningkatkan terjadinya wabah polio," katanya.
Baca juga: Dinas Kesehatan pastikan saat ini tidak ada kasus polio di Yogyakarta
Baca juga: Kemenkes minta warga pastikan imunisasi menyusul 3 kasus polio
Menurut dia, polio atau poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Ia mengatakan penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan hingga kematian.
Virus polio ditularkan melalui tertelannya makanan atau air yang terkontaminasi oleh virus polio tersebut.
"Virus polio tersebut masuk ke saluran cerna lalu ke sistem saraf sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan," katanya.
Sementara itu, mengenai faktor terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Klaten saat ini karena imunisasi polio yang tidak lengkap atau imunisasi lengkap tapi anak mengalami malnutrisi atau terjadi ketidakseimbangan nutrisi pada tubuh.
"Sedangkan faktor risiko terjadinya penularan polio yaitu karena rendahnya cakupan imunisasi polio, kondisi kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih yang kurang baik serta masih adanya individu yang buang air besar (BAB) sembarangan di sungai atau pada sumber air yang digunakan sehari-hari," katanya.
Mengenai pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penularan polio, salah satunya memastikan anak menerima imunisasi polio lengkap sesuai usia yaitu empat kali imunisasi polio tetes dan dua kali imunisasi polio suntik sebelum usia satu tahun.
"Selain itu adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat seperti BAB di jamban dan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air kecil (BAK) maupun BAB, serta segera laporkan kepada petugas kesehatan apabila menemukan anak dengan gejala lumpuh layu," katanya.
Baca juga: Kemenkes temukan tiga kasus lumpuh layu akut akibat virus Polio
Baca juga: Pemerintah akan gencarkan vaksinasi di daerah KLB polio
"Polio dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio sesuai jadwal. Kementerian Kesehatan menyediakan imunisasi polio secara gratis di semua fasilitas kesehatan pemerintah," kata Dokter Spesialis Anak RS UNS tersebut di Solo, Jawa Tengah, Kamis.
Untuk imunisasi yang diberikan yaitu vaksin polio tetes atau oral polio vaccine (OPV) pada usia satu bulan, dua bulan, tiga bulan, empat bulan, dan vaksin polio suntik atau inactivated polio vaccine (IPV) yang diberikan pada usia empat bulan dan sembilan bulan.
Menurut dia, ketika anak tidak mendapatkan imunisasi polio maka anak tersebut akan lebih rentan terhadap penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
"Selain itu, anak yang tidak diimunisasi berisiko tinggi menjadi sumber penularan penyakit polio kepada orang lain. Sedangkan tidak adanya cakupan imunisasi yang memadai dapat meningkatkan terjadinya wabah polio," katanya.
Baca juga: Dinas Kesehatan pastikan saat ini tidak ada kasus polio di Yogyakarta
Baca juga: Kemenkes minta warga pastikan imunisasi menyusul 3 kasus polio
Menurut dia, polio atau poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Ia mengatakan penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan hingga kematian.
Virus polio ditularkan melalui tertelannya makanan atau air yang terkontaminasi oleh virus polio tersebut.
"Virus polio tersebut masuk ke saluran cerna lalu ke sistem saraf sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan," katanya.
Sementara itu, mengenai faktor terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Klaten saat ini karena imunisasi polio yang tidak lengkap atau imunisasi lengkap tapi anak mengalami malnutrisi atau terjadi ketidakseimbangan nutrisi pada tubuh.
"Sedangkan faktor risiko terjadinya penularan polio yaitu karena rendahnya cakupan imunisasi polio, kondisi kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih yang kurang baik serta masih adanya individu yang buang air besar (BAB) sembarangan di sungai atau pada sumber air yang digunakan sehari-hari," katanya.
Mengenai pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penularan polio, salah satunya memastikan anak menerima imunisasi polio lengkap sesuai usia yaitu empat kali imunisasi polio tetes dan dua kali imunisasi polio suntik sebelum usia satu tahun.
"Selain itu adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat seperti BAB di jamban dan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air kecil (BAK) maupun BAB, serta segera laporkan kepada petugas kesehatan apabila menemukan anak dengan gejala lumpuh layu," katanya.
Baca juga: Kemenkes temukan tiga kasus lumpuh layu akut akibat virus Polio
Baca juga: Pemerintah akan gencarkan vaksinasi di daerah KLB polio
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024
Tags: