Ambon (ANTARA) - Spesialis Kejiwaan Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Maluku dr Sherly Yakobus mengemukakan bahwa terdapat empat tahapan gejala berisiko gangguan mental yang bisa saja dialami oleh setiap individu.

"Masalah mental bisa saja timbul akibat keinginan yang diidamkan tidak terpenuhi, biasanya terjadi pada orang yang belum siap secara mental dalam menerima suatu fakta yang terjadi. Tapi tetap harus dilihat dulu itu stres biasa atau sampai ke taraf gangguan," ucap dr Sherly di Ambon, Rabu.

Direktur RSKD Maluku itu menjelaskan bahwa untuk mendiagnosa seseorang terkena gangguan jiwa atau tidak dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut atau yang biasa disebut dengan assessment pasien.

Ia mengatakan bahwa adapun empat tahapan yang menentukan apakah seseorang bisa terkena gangguan mental atau sebaliknya menjadi penerimaan pada sesuatu yang terjadi dalam hidupnya.

"Tahapan pertama itu penyangkalan atau denial, pada tahap ini seseorang lebih cenderung untuk berpura-pura tidak mengetahui atau tidak ingin mengakui bahwa ada suatu hal yang telah terjadi," katanya.

Contoh denial, pasien yang telah didiagnosis memiliki penyakit parah mungkin saja akan menafikan hasil pemeriksaan dokter.

Baca juga: Kesehatan mental harus jadi isu sentral layaknya stunting
Baca juga: Psikolog minta guru jangan abai gejala gangguan kesehatan mental siswa


Kemudian tahapan yang kedua yaitu kemarahan yang biasanya dilampiaskan kepada orang yang sedang berada di sekitar, benda mati, ataupun kepada diri sendiri.

Selanjutnya penawaran, pada tahap ini seseorang akan mulai mempertanyakan dan beranda-andai. Misalnya, orang yang religius mungkin akan berjanji kepada Tuhan dan diri sendiri untuk lebih sering beribadah apabila penyakitnya disembuhkan.

"Tahap yang keempat yaitu depresi yang dikatakan merupakan tahap yang paling sulit untuk dilewati, jika seseorang bisa melewati tahap ini dengan baik, maka akan menimbulkan penerimaan dalam dirinya atas apa yang telah terjadi," ucapnya.

Ia mengatakan gangguan mental sering kali menyerang mereka yang tidak bisa keluar dari lingkaran depresi itu sendiri karena semua hal negatif seakan terkumpul pada tahapan ini.

Namun kata Sherly, sebagai rumah sakit khusus yang menangani 60 persen pasien dengan gangguan jiwa, ada berbagai macam pengobatan terhadap pasien gangguan jiwa tergantung dengan diagnosa yang sebelumnya telah dilakukan.

"Misalnya depresi, maka kita lakukan penatalaksanaan depresi, atau gangguan jiwanya ke arah psikotik, maka kita lakukan pengobatan ke arah psikotik juga," tuturnya.

Baca juga: Ekspektasi eksternal picu maraknya kasus kesehatan mental anak muda
Baca juga: Ahli sebut gangguan kesehatan mental harus diobati sejak dini
Baca juga: Pemanfaatan media sosial tak terkontrol ancam kesehatan jiwa anak muda