Jakarta (ANTARA) - Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala mengatakan diplomasi berbasis nilai Pancasila yang diusung Indonesia banyak mendapat apresiasi dari dunia karena kontribusinya.

"Diplomasi Indonesia yang bersumber dari nilai luhur Pancasila, yakni gotong royong, musyawarah, kemanusiaan dan keadilan, telah berhasil dalam berkontribusi pada pemecahan isu global. Saya yakin, diplomasi berbasis nilai seperti ini akan tetap relevan di masa datang dan diapresiasi oleh dunia," kata Djumala dalam keterangannya
kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Hal itu disampaikan Djumala menanggapi Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) Retno Marsudi pada Senin (8/1).

Dalam pernyataannya, Retno mengatakan diplomasi Indonesia menjunjung tinggi nilai dan prinsip yang tidak tergoyahkan.

Ditegaskan pula, politik luar negeri Indonesia tidak transaksional, tetapi lebih mengedepankan menjembatani perbedaan, selalu menghormati prinsip, dan selalu menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia.

Mantan Duta Besar RI untuk Austria dan PBB di Wina itu mengatakan diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Retno selama sembilan tahun terakhir telah menampakkan profil diplomasi membumi, yaitu diplomasi yang memberi manfaat langsung bagi rakyat.

"Diplomasi Indonesia selama sembilan tahun terakhir ini dilakukan tidak hanya berdasar pada perjuangan kepentingan nasional yang memberi manfaat langsung bagi rakyat yang dikenal dengan jargon “diplomasi membumi”, tetapi yang perlu juga dicatat adalah bahwa diplomasi Indonesia telah memproyeksikan nilai dalam pelaksanaan hubungan antar-negara," kata Djumala.

Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri dan diplomasi ekonomi yang menarik investasi dan peningkatan perdagangan adalah contoh diplomasi yang manfaatnya dirasakan langsung oleh rakyat.

Selain diplomasi membumi, Kementerian Luar Negeri dengan mesin diplomasinya juga telah memberikan sumbangsih pada diplomasi multilateral, dalam hal ini adalah peran Retno dalam diplomasi vaksin ketika pandemi mendera dunia pada 2020-2021.

Retno Marsudi, dalam kapasitasnya sebagai co-chair (ketua bersama) dengan Menteri Kesehatan Ethiopia dan Menteri Kerja Sama Pembangunan Internasional Kanada, melakukan diplomasi vaksin gerak cepat melalui Covax (Covid-19 Vaccines Global Access) Facility, program pengadaan dan alokasi vaksin di bawah WHO kepada semua negara terlepas dari tingkat kemajuan ekonominya.

Djumala juga menyampaikan apresiasinya atas peran Indonesia sebagai tuan rumah KTT G-20 di Bali yang menyepakati hasil konkret berupa Pandemic Fund: dana patungan 21 negara (termasuk Indonesia) dan tiga lembaga filantropi berjumlah 1,4 miliar dollar AS untuk membantu negara-negara yang kurang mampu dalam pembiayaan pencegahan, persiapan, dan respons terhadap pandemi.

Kemampuan memobilisasi dana ini cerminan nilai Persatuan, sila ketiga Pancasila dan semangat gotong royong yang sudah menjadi DNA bangsa Indonesia. Bahwa pandemic fund digunakan untuk membantu negara berkembang mengatasi pandemi, upaya itu jelas memancarkan nilai Kemanusiaan dan Keadilan, sila kedua dan kelima Pancasila.

Kemampuan Indonesia menelurkan hasil konkrit G20 tak lepas dari citra positif Indonesia selama ini yang dikenal sebagai jujur dan menjembatani, sehingga Indonesia memiliki diplomatic credential dalam setiap inisiatifnya membantu mengatasi masalah dunia.