"Gejala khas atau klasik yang perlu dikenali itu biasanya berat badan menurun tanpa penyebab jelas, meski makannya tetap bagus atau teratur, tetapi berat badan menurun. Kemudian, banyak kencing di malam hari dan sering haus karena cairan dalam tubuh keluar lebih banyak," kata Dyah dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Menkes minta pencegahan diabetes dioptimalkan di puskesmas
Secara umum, lanjut dia, kadar gula darah (glukosa) yang dianggap normal ada beberapa jenis, yakni glukosa saat puasa, glukosa pascamakan atau acak, kemudian parameter HbA1c, atau hemoglobin yang terglikolilasi oleh gula darah dalam tubuh.
"Glukosa darah puasa normalnya kurang dari 100, kalau glukosa sesudah makan, normalnya di bawah 200, nah yang disebut diabetes apabila gula darah puasa lebih atau sama dengan 126. Kalau di tengah-tengahnya, masyarakat mesti hati-hati, misalnya antara 101-126 sebaiknya sering periksa karena bisa jadi kemungkinan pra-diabetes," ucapnya.
Baca juga: Dosen UMM ciptakan obat alami untuk penanganan diabetes
Ia berpesan agar masyarakat tidak takut didiagnosis diabetes, karena pasien diabetes bisa hidup normal sama seperti pasien yang bukan diabetes selama terkontrol dengan baik.
Sementara itu, Dyah menjelaskan untuk gejala tidak klasik lebih banyak dialami oleh pasien, diantaranya mata kabur yang salah satunya disebabkan oleh retinopati diabetes, dan kesemutan di tangan atau kaki.
"Cirinya kalau kesemutan itu dimulai dari ujung kaki, kemudian naik ke atas dan biasanya setinggi pergelangan atau kaos kaki pada dua sisi. Bedanya kalau dengan stroke itu kesemutannya separuh badan. Keluhannya bervariasi, bisa kesemutan, kebas, baal (mati rasa), sampai nyeri seperti ditusuk-tusuk," paparnya.
Sedangkan keluhan lain pada perempuan, yakni sering keputihan yang susah sembuh atau berulang. Pada laki-laki, salah satu gangguan tidak khas yakni ketidakmampuan ereksi.
Baca juga: Tips konsumsi nasi putih bagi penderita diabetes