IHSG ditutup menguat di tengah pasar 'wait and see' data inflasi AS
10 Januari 2024 17:00 WIB
Ilustrasi - Karyawan mengambil gambar menggunakan ponsel yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww/aa. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore ditutup menguat di tengah pelaku pasar sedang wait and see data inflasi Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini.
IHSG ditutup menguat 27,10 poin atau 0,38 persen ke posisi 7.227,30. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 0,94 poin atau 0,10 persen ke posisi 969,13.
“Bursa regional Asia cenderung melemah yang tampaknya terseret hubungan Taiwan dan China, dan juga sikap pelaku pasar yang masih menanti rilis data ekonomi jelang data inflasi AS akhir pekan ini,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajian di Jakarta, Rabu.
Dari Asia, hubungan Taiwan dan China kembali memanas menjelang pemilihan Presiden Taiwan pada akhir pekan ini, dimana China menyampaikan bahwa tidak memiliki ruang untuk berkompromi dengan mereka yang menganjurkan kemerdekaan Taiwan.
Hal itu akan memberikan dampak konflik berkepanjangan dan memanas, mengingat di belakang Taiwan terdapat negara AS, sehingga akan memberikan dampak sensitivitas hubungan China dan AS.
Adapun, sentimen lainnya datang dari sikap pelaku pasar yang mencermati kenaikan Yield US Treasury 10 year menjadi 4,019 persen menjelang data inflasi AS yang akan menjadi rujukan kebijakan moneter The Fed ke depan, sehingga membuat pelaku pasar cenderung wait and see untuk masuk pada pasar saham.
Dibuka melemah, IHSG bergerak ke teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sepuluh sektor meningkat yaitu dipimpin sektor infrastruktur sebesar 1,45 persen, diikuti sektor kesehatan dan sektor barang konsumen primer yang masing-masing naik sebesar 1,31 persen dan 0,79 persen.
Sedangkan satu sektor turun yaitu sektor properti yang turun minus 4,30 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu SMLE, CGAS, MSJA, NICE, dan MPXL. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni SBAT, AIMS, SBMA, CYBR dan PYFA.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.377.994 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,51 miliar lembar saham senilai Rp9,37 triliun. Sebanyak 273 saham naik, 243 saham menurun, dan 249 tidak bergerak nilainya.
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei menguat 678,50 poin atau 2,10 persen ke 34.441,69, indeks Hang Seng melemah 92,73 poin atau 0,57 persen ke 16.097,28, indeks Shanghai melemah 15,55 poin atau 0,54 persen ke 2.877,70, dan indeks Strait Times melemah 18,00 poin atau 0,56 persen ke 3.179,96.
Baca juga: IHSG berpeluang menguat terbatas menjelang rilis inflasi AS
Baca juga: IHSG ditutup melemah seiring aksi 'profit taking' pelaku pasar
IHSG ditutup menguat 27,10 poin atau 0,38 persen ke posisi 7.227,30. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 0,94 poin atau 0,10 persen ke posisi 969,13.
“Bursa regional Asia cenderung melemah yang tampaknya terseret hubungan Taiwan dan China, dan juga sikap pelaku pasar yang masih menanti rilis data ekonomi jelang data inflasi AS akhir pekan ini,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajian di Jakarta, Rabu.
Dari Asia, hubungan Taiwan dan China kembali memanas menjelang pemilihan Presiden Taiwan pada akhir pekan ini, dimana China menyampaikan bahwa tidak memiliki ruang untuk berkompromi dengan mereka yang menganjurkan kemerdekaan Taiwan.
Hal itu akan memberikan dampak konflik berkepanjangan dan memanas, mengingat di belakang Taiwan terdapat negara AS, sehingga akan memberikan dampak sensitivitas hubungan China dan AS.
Adapun, sentimen lainnya datang dari sikap pelaku pasar yang mencermati kenaikan Yield US Treasury 10 year menjadi 4,019 persen menjelang data inflasi AS yang akan menjadi rujukan kebijakan moneter The Fed ke depan, sehingga membuat pelaku pasar cenderung wait and see untuk masuk pada pasar saham.
Dibuka melemah, IHSG bergerak ke teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sepuluh sektor meningkat yaitu dipimpin sektor infrastruktur sebesar 1,45 persen, diikuti sektor kesehatan dan sektor barang konsumen primer yang masing-masing naik sebesar 1,31 persen dan 0,79 persen.
Sedangkan satu sektor turun yaitu sektor properti yang turun minus 4,30 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu SMLE, CGAS, MSJA, NICE, dan MPXL. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni SBAT, AIMS, SBMA, CYBR dan PYFA.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.377.994 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,51 miliar lembar saham senilai Rp9,37 triliun. Sebanyak 273 saham naik, 243 saham menurun, dan 249 tidak bergerak nilainya.
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei menguat 678,50 poin atau 2,10 persen ke 34.441,69, indeks Hang Seng melemah 92,73 poin atau 0,57 persen ke 16.097,28, indeks Shanghai melemah 15,55 poin atau 0,54 persen ke 2.877,70, dan indeks Strait Times melemah 18,00 poin atau 0,56 persen ke 3.179,96.
Baca juga: IHSG berpeluang menguat terbatas menjelang rilis inflasi AS
Baca juga: IHSG ditutup melemah seiring aksi 'profit taking' pelaku pasar
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024
Tags: