Jakarta (ANTARA) - Pemerhati politik dari The Indonesian Institute (TII) meminta seluruh pasangan calon tidak terjebak dengan biasnya ekosistem di media sosial (medsos) serta mewaspadai adanya akun-akun palsu yang dikelola oleh oknum.

“Jangan sampai kita terjebak hiper-realitas, artinya kepalsuan begitu. Jadi jangan kita merasa ketika live, apa yang kita lakukan secara live ditonton jutaan orang atau setelah mendapatkan berapa ribu like itu menggambarkan realitas sesungguhnya, karena dalam konteks media sosial ini banyak juga akun-akun yang sifatnya dikloning,” kata Manajer Riset dan Program TII Arfianto Purbolaksono kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Menanggapi sejumlah capres yang sedang aktif bermain media sosial, Arfianto mengatakan para capres dan cawapres tidak boleh terlena dengan jumlah penonton maupun like, karena terdapat potensi hal tersebut berbanding terbalik dengan yang sebenarnya.

Ia mencontohkan bisa saja dari satu juta orang yang menonton atau mengikuti akun media sosial pasangan calon, hanya ada 100 ribu orang yang benar-benar memiliki akun dan memiliki niat berinteraksi dengan para politisi tersebut.

Penyebabnya yakni mudahnya pembuatan akun di media sosial, yang memungkinkan satu orang dapat mengelola atau mengoperasikan sejumlah akun dalam satu waktu.

“Itu bisa dioperasikan oleh satu orang, tapi dia menjalankan 10 akun misalnya. Bisa jadi akun-akun tersebut bermain dalam acara live itu, jadi terkesan banyak (yang menonton) padahal hanya satu orang,” katanya.

Kemungkinan lain yang dapat terjadi, kata Arfianto, yakni adanya puluhan akun yang dioperasikan oleh tim sukses masing-masing pasangan calon, sehingga nantinya membentuk cyber army (pasukan siber) untuk meramaikan live kampanye politiknya.

Meski demikian, ia berpendapat bila media sosial tetap dapat memberikan dampak positif kepada pasangan calon, seperti mendekatkan diri dengan para pemilih atau penonton serta mempererat interaksi dari masing-masing pihak. Hal itu disebabkan karena media sosial menjadi wadah untuk masyarakat bertanya kepada para pasangan calon atau memberikan masukan soal masalah yang sedang dihadapi secara langsung.

Fitur live di media sosial juga membantu masyarakat untuk berkomunikasi dengan capres maupun cawapres dengan nyaman, tanpa adanya gimik, natural dan menyampaikan gagasan-gagasannya tanpa dibuat-buat (spontan).

“Ini yang sebenarnya harus dimanfaatkan paslon bagaimana meyakinkan publik agar publik mengetahui apa program yang ditawarkan,” ucapnya.

Sebelumnya, capres nomor urut satu Anies Baswedan diketahui sering menyapa masyarakat melalui akun TikTok pribadinya. Dalam kesempatan itu, ia banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para penonton baik terkait aktivitas pribadinya maupun soal kampanye Pemilu 2024.

Hal yang sama juga dilakukan oleh capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo. Di mana akhir-akhir ini, ia memanfaatkan akun Twitter dan TikTok pribadinya untuk berbincang bersama masyarakat di malam hari, usai menyelesaikan kegiatan kampanyenya.

Cawapres nomor urut tiga Gibran Rakabuming Raka juga nampak melakukan live di akun TikTok-nya, pada saat mencukur rambutnya jelang menghadiri debat capres ketiga yang diselenggarakan pada Minggu (7/1) malam di Istora Senayan, Jakarta.

Baca juga: Timnas AMIN yakin sukarelawan Tiktoker tak gunakan hoaks di medsos
Baca juga: Banyak dukungan di medsos pascadebat, Prabowo: Saya terharu
Baca juga: Ganjar-Mahfud dapat dukungan dari "girlband" GM24