Jakarta (ANTARA) - Pengamat BUMN Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menilai likuidasi atau pembubaran perusahaan BUMN di masa depan kemungkinan akan dilakukan sesuai kebutuhan yang ada.

Menurut Toto, pemerintah menargetkan hanya ada sekitar 40-45 BUMN hingga tahun 2024. Hingga saat ini, sebagian BUMN telah berubah status menjadi anak BUMN karena restrukturisasi seperti pembentukan holding BUMN, proses merger dan lainnya.

“Sehingga sebetulnya jumlah BUMN sudah berkurang. Jadi apakah masih akan ada BUMN yang dilikuidasi? Menurut saya tergantung kebutuhan di masa depan. Mungkin Indonesia akan punya lebih sedikit BUMN di masa depan, namun lebih kompetitif dan berdaya saing,” katanya di Jakarta, Rabu.

Toto menilai posisi ideal BUMN adalah perusahaan dengan produk atau jasa yang kompetitif dan dibutuhkan publik, sekaligus sehat secara finansial.

Sebaliknya, BUMN dengan produk dan jasa yang tidak kompetitif dan tingkat kesehatan finansial yang buruk tentu akan membebani negara.

BUMN yang memiliki kinerja keuangan buruk akan diserahkan kepada holding Danareksa atau PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) untuk ditangani dan dilakukan restrukturisasi.

"Apa yang dikerjakan PPA saat ini adalah memperbaiki kinerja BUMN sakit tersebut. Apabila sudah berubah menuju kinerja yang lebih baik, maka opsinya tinggal apakah BUMN tersebut akan di divestasi atau dipertahankan," katanya.

Toto menyebut pilihan divestasi bisa diambil jika produk atau jasa BUMN tersebut dianggap sudah tidak strategis atau sudah terlalu banyak substitusinya,

"Mungkin dalam situasi ini opsi divestasi (dijual) bisa saja dilakukan untuk BUMN tersebut," tutur Toto.

Diketahui, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo (Tiko) menyebut Kementerian BUMN akan kembali melakukan pemangkasan terhadap perusahaan BUMN yang tidak menunjukkan perbaikan keuangan.

"Kalau tidak bisa diperbaiki dan transform, kita akan tambah penutupan lagi," ujar Tiko ditemui usai menghadiri perayaan 2 Tahun ID FOOD di Jakarta, Senin (8/1).

Tiko menjelaskan Kementerian akan melakukan pengawasan selama sembilan bulan ke depan. Menurut Tiko, bila ditemukan perusahaan yang tidak juga membaik secara keuangan dan tidak bisa bertransformasi, maka penutupan akan dilakukan.

Kendati tidak menyebut secara gamblang, ia mengungkapkan ada 14 BUMN yang tengah dikaji oleh PPA.

Pada Desember 2023, Kementerian BUMN telah melakukan pembubaran terhadap tujuh perusahaan BUMN.

Ketujuh BUMN yang dibubarkan tersebut antara lain Merpati, Istaka Karya, PT Kertas Leces, Kertas Kraft Aceh, PT Industri Gelas (Iglas), Industri Sandang Nusantara, dan PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (Persero) atau PANN.


Baca juga: Kementerian BUMN siap bubarkan lagi perusahaan yang tidak perform
Baca juga: Wamen BUMN sebut restrukturisasi ID FOOD selesai dalam sembilan bulan
Baca juga: Pengamat: Kas untuk modal kerja langkah awal WIKA sehatkan kinerja