Chilmark, Massachusetts (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan hari Kamis bahwa AS telah membatalkan latihan militer bersama Mesir sebagai protes atas pembunuhan terhadap ratusan pengunjuk rasa.

Obama mendesak pemerintahan Mesir -- yang dibentuk militer -- agar mencabut status keadaan darurat di negara tersebut serta memberikan ruang bagi para pengunjuk rasa untuk menyatakan pendapat, lapor AFP.

Namun, ia tidak mengatakan apa-apa menyangkut penangguhan bantuan militer tahunan senilai 1,3 miliar dolar AS (Rp13,5 triliun).

"Sementara kita ingin mempertahankan hubungan kita dengan Mesir, tradisi kerja sama kita tidak bisa diteruskan seperti biasanya karena warga-warga sipil dibunuhi di jalanan dan hak-hak menjadi kurang dihargai," kata Obama kepada para wartawan di rumah liburannya di Martha`s Vineyard.

Obama mengatakan Amerika Serikat telah menyampaikan kepada Mesir bahwa pihaknya menangguhkan latihan bersama Bright Star, yang sebelumnya diselenggarakan setiap dua tahun sejak tahun 1981.

Lebih dari 1.300 tentara AS mengambil bagian dalam Bright Star tahun 2009. Jerman, Kuwait dan Pakistan juga ikut bergabung dalam latihan bersama tahun itu.

Namun, latihan militer juga dibatalkan pada tahun 2011 ketika Mesir sedang mengalami revolusi hingga menggulingkan orang kuat Mesir, Hosni Mubarak, yang merupakan sekutu dekat AS.

Sejak saat itu, Mesir terus berada dalam kekacauan dan pada 3 Juli lalu militer negara itu menggulingkan presiden yang pertama kalinya terpilih secara demokratis, Mohamed Morsi --yang beraliran Islamis.

Sejak Rabu, sudah lebih dari 500 orang yang tewas ketika pasukan keamanan Mesir --yang tidak mengindahkan seruan dari Amerika Serikat dan negara-negara besar lainnya untuk menahan diri-- menyerbu para pengunjuk rasa pro-Morsi.

Amerika Serikat masih tetap berhati-hati untuk tidak menyebut penggulingan Morsi itu sebagai kudeta.

Pemberian cap kudeta terhadap Mesir akan berarti bahwa AS harus menghentikan bantuan.

Obama mengatakan Morsi "tidak melibatkan semua pihak" dan bahwa "bahkan mungkin mayoritas" rakyat Mesir menentang pemimpin Persaudaraan Muslim itu.

"Kita tidak percaya bahwa pemaksaan merupakan jalan untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan politik, setelah adanya campur tangan militer beberapa minggu yang lalu. Masih ada peluang untuk mewujudkan rekonsiliasi dan kesempatan mencapai jalan yang demokratis," kata Obama.

"Sebaliknya, kita justru melihat jalan yang lebih berbahaya lah yang diambil, yaitu dengan melakukan penahanan sewenang-wenang, penumpasan yang dilakuan secara luas terhadap perhimpunan-perhimpunan dan pendukung Bapak Morsi, dan sekarang kekerasan tragis yang menghilangkan nyawa ratusan orang," ujarnya.

"Menurut keyakinan kami, status darurat harus dicabut, proses rekonsiliasi nasional harus dimulai, yaitu bahwa semua pihak harus didengarkan suaranya bagi masa depan Mesir," kata Obama.

Obama mengacuhkan teriakan pertanyaan dari seorang wartawan AS soal bantuan.


Penerjemah: Tia Mutiasari