Kurs rupiah meningkat saat investor menantikan rilis data inflasi AS
9 Januari 2024 17:27 WIB
Ilustrasi - Petugas perbankan menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah, Jakarta, Selasa (31/1/2023). ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom/aa
Jakarta (ANTARA) - Kurs mata uang rupiah pada akhir perdagangan Selasa meningkat saat investor menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk melihat prospek penurunan suku bunga acuan AS.
"Para pedagang tetap sangat bias terhadap dolar AS menjelang data indeks harga konsumen utama yang dirilis pada hari Kamis (11/1) ini," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa.
Indeks harga konsumen AS diperkirakan menunjukkan sedikit peningkatan inflasi pada Desember 2023, ditambah dengan kuatnya data nonfarm payrolls, memberikan Bank Sentral AS atau The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Sentimen itu mendorong penurunan ekspektasi tentang pemangkasan suku bunga lebih awal, yang pada gilirannya membuat emas kehilangan beberapa keuntungan yang diperoleh pada Desember. Logam kuning masih mengakhiri tahun 2023 dengan kenaikan 10 persen.
Ibrahim menuturkan para pedagang juga terlihat terus mengurangi spekulasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada Maret 2024.
Alat CME Fedwatch sekarang menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang 59,4 persen untuk pemotongan suku bunga pada Maret, turun dari 64 persen yang terlihat pada Senin dan 70,7 persen yang terlihat pada pekan lalu.
Selain data AS, fokus pekan ini juga tertuju pada angka inflasi dan perdagangan Tiongkok untuk Desember 2023, yang akan dirilis pada Jumat.
Negara importir komoditas terbesar di dunia itu diperkirakan masih mengalami disinflasi pada Desember, sementara aktivitas perdagangan, terutama ekspor diperkirakan juga menurun.
Sementara dari dalam negeri, posisi cadangan devisa Indonesia di 2023 mencapai 146,4 miliar dolar AS, melonjak 8,3 miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 sebesar 138,1 miliar dolar AS.
Peningkatan cadangan devisa tersebut sejalan dengan sentimen pasar terkait prospek penurunan suku bunga dari bank sentral global terutama The Fed yang berdampak terhadap penguatan rupiah sebesar 0,73 persen secara bulanan (month to month) atau atau 1,10 persen secara year to date (ytd) menjadi Rp15.396 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Selasa, kurs rupiah naik enam poin atau 0,04 persen menjadi Rp15.520 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.526 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa juga menguat ke posisi Rp15.518 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.522 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah kuat sebab prospek kebijakan The Fed yang tak terlalu "hawkish"
Baca juga: Kurs rupiah naik di tengah melemahnya pasar tenaga kerja AS
"Para pedagang tetap sangat bias terhadap dolar AS menjelang data indeks harga konsumen utama yang dirilis pada hari Kamis (11/1) ini," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa.
Indeks harga konsumen AS diperkirakan menunjukkan sedikit peningkatan inflasi pada Desember 2023, ditambah dengan kuatnya data nonfarm payrolls, memberikan Bank Sentral AS atau The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Sentimen itu mendorong penurunan ekspektasi tentang pemangkasan suku bunga lebih awal, yang pada gilirannya membuat emas kehilangan beberapa keuntungan yang diperoleh pada Desember. Logam kuning masih mengakhiri tahun 2023 dengan kenaikan 10 persen.
Ibrahim menuturkan para pedagang juga terlihat terus mengurangi spekulasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada Maret 2024.
Alat CME Fedwatch sekarang menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang 59,4 persen untuk pemotongan suku bunga pada Maret, turun dari 64 persen yang terlihat pada Senin dan 70,7 persen yang terlihat pada pekan lalu.
Selain data AS, fokus pekan ini juga tertuju pada angka inflasi dan perdagangan Tiongkok untuk Desember 2023, yang akan dirilis pada Jumat.
Negara importir komoditas terbesar di dunia itu diperkirakan masih mengalami disinflasi pada Desember, sementara aktivitas perdagangan, terutama ekspor diperkirakan juga menurun.
Sementara dari dalam negeri, posisi cadangan devisa Indonesia di 2023 mencapai 146,4 miliar dolar AS, melonjak 8,3 miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 sebesar 138,1 miliar dolar AS.
Peningkatan cadangan devisa tersebut sejalan dengan sentimen pasar terkait prospek penurunan suku bunga dari bank sentral global terutama The Fed yang berdampak terhadap penguatan rupiah sebesar 0,73 persen secara bulanan (month to month) atau atau 1,10 persen secara year to date (ytd) menjadi Rp15.396 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Selasa, kurs rupiah naik enam poin atau 0,04 persen menjadi Rp15.520 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.526 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa juga menguat ke posisi Rp15.518 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.522 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah kuat sebab prospek kebijakan The Fed yang tak terlalu "hawkish"
Baca juga: Kurs rupiah naik di tengah melemahnya pasar tenaga kerja AS
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: