Kairo (ANTARA News) - Wakil Presiden Mesir Mohamed Elbaradei pada Rabu mengundurkan diri sebagai protes atas pembubaran paksa pengunjuk rasa damai pendukung presiden terguling Mohamed Moursi.

Kantor berita Mesir, MENA, melaporkan, Elbaradei mengutuk keras operasi pembubaran unjuk rasa secara paksa tersebut.

Rumor mengenai ancaman pengunduran diri Elbaradei itu sempat terdengar pekan lalu ketika Presiden Adly Mansour dan Panglima Militer Abdel Fatah Al Sisi bersikeras akan membubarkan unjuk rasa secara paksa.

Mantan Ketua Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan peraih Nobel Perdamaian itu berperan penting dalam pelengseran Moursi dan bergabung dengan pemerintah transisi.

Para pengamat menilai, pengunduran diri Albaradei ini menjadi awal perpecahan dalam pemerintahan transisi.

Sementara itu, pendukung presiden terguling Mohamed Moursi akhirnya dipaksa meninggalkan Bundaran Rabiah Adawiyah di Kairo Timur pada Rabu setelah sekitar 11 jam serangan sengit aparat keamanan.

Ribuan orang itu tampak letih meninggalkan bundaran pada pukul 18.00 waktu setempat atau 23.00 WIB sambil mengangkat kedua tangan ke kepala.

Beberapa saat sebelumnya helikopter militer menyebarkan selebaran dari udara berisi imbauan bahwa mereka dijamin keamanannya saat meninggalkan bundaran melalui Jalan Nasser dan Yusuf Abbas, arah barat Bundaran Rabiah.

Operasi gabungan tentara dan polisi yang didukung tank tempur, panser dan buldoser mulai melancarkan serangan ke Bundaran Rabiah dan Bundaran Al Nahdhah di Kairo Barat pada Rabu pagi pukul 07.00 waktu setempat.

Pendukung Moursi menduduki kedua bundaran di ibu kota negara itu sejak 27 Juni menjelang pelengseran Moursi dalam kudeta militer pada 3 Juli.

Ikhwanul Muslimin pendukung Moursi menuntut keabsahan Presiden Moursi dikembalikan. (M043/Z002)