RS Pendidikan USK beri pelayanan kesehatan rutin bagi Rohingya di Aceh
8 Januari 2024 19:07 WIB
Tim medis dari Rumah Sakit Pendidikan USK melakukan pemeriksaan kesehatan bagi etnis Rohingya yang berada di gedung Balai Meseuraya Aceh (BMA), Kota Banda Aceh, Senin (8/1/2024). (ANTARA/Khalis Surry)
Banda Aceh (ANTARA) - Tim medis dari Rumah Sakit Pendidikan Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh memberi pelayanan kesehatan rutin bagi pengungsi Rohingya yang berada di basement Balai Meseuraya Aceh (BMA) di Kota Banda Aceh.
“Alhamdulillah, mereka tidak ada yang kritis. Permasalahan yang paling banyak kita temui seperti penyakit lambung, permasalahan kulit, dermatitis seperti jamur, gatal-gatal, itu rata-rata,” kata Petugas Medis RS Pendidikan USK dr Nur Salmi di Banda Aceh, Senin.
Ia menjelaskan pelayanan kesehatan itu merupakan salah satu bentuk kerja sama dengan International Organization for Migration (IOM), yang mendelegasikan kepada tim medis RS Pendidikan USK untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pengungsi etnis Rohingya.
Kegiatan pelayanan pemeriksaan kesehatan tersebut rutin dilakukan RS Pendidikan USK terhadap pengungsi etnis Rohingya di BMA setiap Senin dan Kamis selama Januari 2024.
Baca juga: Polda Aceh catat 21 aksi penolakan imigran Rohingya
Baca juga: Hoaks! Video Donald Trump sebut 70 juta pengungsi Rohingya ingin tinggal di Indonesia
“Ini pemeriksaan yang ketiga. Untuk saat ini (pemeriksaan kesehatan) selama Januari saja, nanti bakal dilakukan evaluasi lagi,” ujarnya.
Selama pemeriksaan, menurut dia, penyakit yang umumnya didapati pada pengungsi etnis Rohingya itu seperti penyakit kulit dan lambung. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena para pengungsi menempati penampungan yang belum layak.
Selain itu, cakap dia, mereka juga berpotensi terkena infeksi saluran pernafasan akut (ISAP).
“Karena mereka tinggal ramai-ramai, jadi tidak bisa dipungkiri masalah kulit pasti bakalan terjadi,” ujarnya.
Selain pemeriksaan kesehatan di lokasi penampungan, pihaknya juga menerima pengungsi Rohingya yang dibawa ke IGD Rumah Sakit Pendidikan USK untuk perawatan medis.
"IGD biasanya memang menerima pasien-pasien yang lemas, diare. Jadi kita berikan infus sebagai tata laksana awal di rumah sakit, kemudian kita berikan obat jalan, dan Alhamdulillah, pasien sehat,” ujarnya.
Sebanyak 137 orang pengungsi Rohingya ditempatkan di Balai Meseuraya Aceh usai mendarat di pantai kawasan Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar pada (10/12) lalu.
Setelah pendaratan, pengungsi Rohingya itu sudah mengalami penolakan di beberapa tempat seperti Lamreh Aceh Besar, Scout Camp Pramuka Pidie, dan Ladong Aceh Besar, hingga akhirnya dibawa ke BMA.*
Baca juga: Warga tolak wacana relokasi Rohingya ke gedung PMI Aceh
Baca juga: BKSAP: Dunia harus ambil tindakan konkret atas Myanmar
“Alhamdulillah, mereka tidak ada yang kritis. Permasalahan yang paling banyak kita temui seperti penyakit lambung, permasalahan kulit, dermatitis seperti jamur, gatal-gatal, itu rata-rata,” kata Petugas Medis RS Pendidikan USK dr Nur Salmi di Banda Aceh, Senin.
Ia menjelaskan pelayanan kesehatan itu merupakan salah satu bentuk kerja sama dengan International Organization for Migration (IOM), yang mendelegasikan kepada tim medis RS Pendidikan USK untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pengungsi etnis Rohingya.
Kegiatan pelayanan pemeriksaan kesehatan tersebut rutin dilakukan RS Pendidikan USK terhadap pengungsi etnis Rohingya di BMA setiap Senin dan Kamis selama Januari 2024.
Baca juga: Polda Aceh catat 21 aksi penolakan imigran Rohingya
Baca juga: Hoaks! Video Donald Trump sebut 70 juta pengungsi Rohingya ingin tinggal di Indonesia
“Ini pemeriksaan yang ketiga. Untuk saat ini (pemeriksaan kesehatan) selama Januari saja, nanti bakal dilakukan evaluasi lagi,” ujarnya.
Selama pemeriksaan, menurut dia, penyakit yang umumnya didapati pada pengungsi etnis Rohingya itu seperti penyakit kulit dan lambung. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena para pengungsi menempati penampungan yang belum layak.
Selain itu, cakap dia, mereka juga berpotensi terkena infeksi saluran pernafasan akut (ISAP).
“Karena mereka tinggal ramai-ramai, jadi tidak bisa dipungkiri masalah kulit pasti bakalan terjadi,” ujarnya.
Selain pemeriksaan kesehatan di lokasi penampungan, pihaknya juga menerima pengungsi Rohingya yang dibawa ke IGD Rumah Sakit Pendidikan USK untuk perawatan medis.
"IGD biasanya memang menerima pasien-pasien yang lemas, diare. Jadi kita berikan infus sebagai tata laksana awal di rumah sakit, kemudian kita berikan obat jalan, dan Alhamdulillah, pasien sehat,” ujarnya.
Sebanyak 137 orang pengungsi Rohingya ditempatkan di Balai Meseuraya Aceh usai mendarat di pantai kawasan Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar pada (10/12) lalu.
Setelah pendaratan, pengungsi Rohingya itu sudah mengalami penolakan di beberapa tempat seperti Lamreh Aceh Besar, Scout Camp Pramuka Pidie, dan Ladong Aceh Besar, hingga akhirnya dibawa ke BMA.*
Baca juga: Warga tolak wacana relokasi Rohingya ke gedung PMI Aceh
Baca juga: BKSAP: Dunia harus ambil tindakan konkret atas Myanmar
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024
Tags: