Pekanbaru (ANTARA News) - Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Riau selama periode 2011-2012 tercatat masih tinggi, mencapai 24 bayi per seribu kelahiran.

"Hal ini terjadi lebih disebabkan oleh belum baiknya pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Riau dalam pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan," kata Jabarullah Sekretaris Fraksi PPP dalam keterangannya di Pekanbaru, Rabu.

Ia mengatakan itu bagian dari pandangan umum Fraksi PPP terhadap laporan keterangan pertanggungjawaban akhir masa jabatan gubernur Riau tahun 2008- 2013 dalam bidang kesehatan.

Kasus angka kematian bayi di daerah ini menurut dia, masih tinggi lebih juga akibat kurang baiknya sikap prilaku pelayanan para tenaga kesehatan terhadap masyarakat miskin yang menggunakan Jamskesmas dan Jamkesda.

Padahal pada tahun 2008-2010 AKB dapat diturunkan 7,9 per 1000 kelahiran, tapi justru terjadi penambahan tahun 2011 menjadi 11,4 persen dan tahun 2012 terus meningkat menjadi 24 per 1000 kelahiran itu.

"Tidak heran jika ada pasien yang mengeluhkan tidak dilayani dengan baik, disuruh pulang dengan keadaan masih kritis dan bahkan ada pula yang meninggal karena terlambat mendapatkan penangana tenaga medis," katanya.

Fraksi PPP pada kesemapatan itu juga menyoroti terdapatnya kantung-kantung rawan gizi buruk serta tingginya penyakit menular masyarakat yang umumnya dialami masyarakat miskin.

Selain itu, masih belum memadainya akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dimana angka harapan hidup yang ditargetkan 73,83 tahun baru mencapai 71, 55 tahun hingga tahun 2011 padahal standar nilai maksimum 85 tahun dari UNDP.

"Ini perlu menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Riau agar lebih bekerja keras dalam mengatasi persoalan kesehatan di daerah ini," katanya.