Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Rizal M Damanik mengemukakan kerja sama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan perguruan tinggi dapat meningkatkan literasi tentang keluarga dan kesehatan reproduksi di tengah masyarakat.

Mantan Deputi bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN itu menyebutkan dokter kebidanan di BKKBN tidak banyak, sehingga harus bekerja sama dengan perguruan tinggi agar para penyuluh juga mendapatkan pelajaran tentang gizi untuk disosialisasikan kepada masyarakat.

“Saya merasa peneliti-peneliti yang ada di BKKBN itu perlu ditingkatkan dari segi materi, tidak hanya dari kesehatan reproduksi, tetapi yang lain, agar para penyuluh itu bisa mengedukasi literasi tentang kesehatan keluarga kepada masyarakat,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Menurut dia, BKKBN memiliki ilmu yang lengkap terkait keluarga, tidak terbatas tentang kesehatan reproduksi, tetapi juga hal lain, misalnya terkait dengan status gizi.

Baca juga: BKKBN: Literasi keuangan keluarga bagian penting dalam parenting

“Apalah artinya kalau kita melakukan program pembangunan kesehatan reproduksi, tetapi ibu-ibu dan perempuannya kekurangan darah merah (anemia), itu kan juga akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai,” ujarnya.

“Hasilnya akan berbeda kalau ibunya sehat, bergizi, dan aktif, tidak mengalami anemia, dan mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dibandingkan dengan yang sudah secara gizi bermasalah, kemudian mengikuti kesehatan reproduksi,” imbuhnya.

Melalui kerja sama dengan perguruan tinggi, lanjut dia, program pembangunan manusia dapat berjalan seimbang sehingga memberi pengaruh yang besar juga pada peningkatan angka harapan hidup.

“Di tahun 2018-2019, karena memang saya berasal dari perguruan tinggi, saya adakan kerja sama dan penandatanganan kesepakatan dengan perguruan tinggi. Jadi dana penelitian yang diterima oleh BKKBN setiap tahunnya dengan jumlah yang cukup besar itu, saya bagi dengan seluruh perguruan tinggi. Pada saat itu, BKKBN kan memiliki peneliti, belum ada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN),” paparnya.

Baca juga: UNICEF Indonesia apresiasi program literasi keuangan keluarga BKKBN

Ia mengutarakan dari segi pelatihan BKKBN memiliki program di dalam dan luar negeri, melalui pusat penelitian keluarga (pusna) yang bersifat mikro, dan pusat penelitian kependudukan (pustu) yang bersifat makro.

“Untuk meningkatkan kualitas mutu penelitian dan pengembangan di BKKBN, kami terus berkolaborasi, dananya kami bagi ke perguruan tinggi di seluruh Indonesia, tetapi dengan catatan harus bekerja sama dengan BKKBN, dan output-nya harus jelas berupa publikasi ilmiah yang bisa diterbitkan oleh jurnal,” tuturnya.

Menurutnya, kerja sama berkelanjutan dengan perguruan tinggi tersebut, baik di dalam maupun luar negeri, telah membuahkan hasil, dimana pada tahun 2022 Indonesia kembali meraih penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni UN Population Award.

“Saya hanya membuka jaringan saja, tidak hanya ke dalam negeri, tetapi juga ke luar, agar Indonesia ini lebih terkenal dan populer, karena program-program yang kita buat ini nyata dan langsung menyentuh masyarakat,” ucap Rizal.

Baca juga: Akademisi: Perempuan berperan penting dalam akses informasi keluarga