Kenaikan posisi cadangan devisa itu antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Selain itu, Rully menuturkan pergerakan rupiah pada awal pekan ini cenderung tertekan, lebih disebabkan oleh sentimen global.
Dari sisi global, indeks dolar AS index (DXY) cenderung menguat, dipengaruhi oleh data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi.
Indeks dolar AS per Jumat (5/1) berada di level 102,1, menguat 1,1 persen dari penutupan akhir tahun 2023.
Pada penutupan perdagangan Senin, rupiah menurun 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp15.526 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.516 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah menguat seiring investor tunggu data cadangan devisa Indonesia
Baca juga: Rupiah naik 13 poin menjadi Rp15.503 per dolar AS