Beijing (ANTARA) - Produksi biji-bijian curah dan tanaman penghasil minyak global mengalami peningkatan secara tahunan (year-on-year/yoy) pada 2023, demikian laporan tahunan 2023 tentang pemantauan penginderaan jauh terhadap lingkungan ekologis global yang dipublikasikan pada Jumat (5/1).

Dirilis oleh Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, laporan ini menunjukkan bahwa dampak peristiwa-peristiwa ekstrem global terhadap produksi biji-bijian curah dan tanaman penghasil minyak relatif ringan pada 2023. Total output tahunan dari tanaman penghasil minyak diperkirakan mencapai sekitar 2,87 miliar ton, yang menunjukkan peningkatan 14,14 juta ton (yoy) atau 0,5 persen.

Namun, karena berkurangnya produksi biji-bijian pada 2022 dan pengetatan kebijakan ekspor di beberapa negara ekspor utama, pasokan biji-bijian curah dan tanaman penghasil minyak global menurun.

Kekeringan menjadi bencana utama yang memengaruhi produksi biji-bijian, tutur Wu Bingfang, seorang peneliti di Institut Penelitian Informasi Dirgantara (Aerospace Information Research Institute) yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences).

Wu mengatakan bahwa banyak langkah telah diambil sejak 1980-an di berbagai daerah di seluruh dunia yang merupakan produsen utama jagung, beras, gandum, dan kedelai.

Langkah-langkah tersebut termasuk irigasi yang terjamin, pengolahan tanah konservasi, penggunaan lapisan mulsa, penyesuaian struktur penanaman, dan pemilihan varietas benih yang tahan kekeringan. Langkah-langkah ini secara signifikan meningkatkan ketahanan lahan pertanian terhadap kekeringan, jelas Wu.

Laporan ini mencakup tiga topik, yakni dampak perubahan cakupan lahan global terhadap kehilangan karbon (carbon loss) dan penyerapan karbon, produksi biji-bijian curah dan tanaman penghasil minyak global serta situasi ketahanan pangan, serta perubahan dan dampak salju dan es di wilayah Antarktika, Arktika, dan Dataran Tinggi Qinghai-Tibet.