Jakarta (ANTARA) - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud menyatakan pasangan capres-cawapres dengan nomor urut tiga tersebut mempunyai tekad yang kuat dalam menjaga marwah politik bebas aktif Indonesia di mata dunia.

“Secara normatif, tentunya Mas Ganjar dan Pak Mahfud sangat-sangat mementingkan prinsip dasar dari politik luar negeri kita yang bebas aktif, di mana kita benar-benar harus menjaga posisi bebas kita, tidak bisa terseret dalam pertarungan geopolitik,” kata Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar-Mahfud Andi Widjajanto saat wawancara eksklusif bersama ANTARA di Jakarta, Jumat (5/1).

Baca juga: TKN sebut Prabowo akan optimalkan "hard power" dan "soft power"

Baca juga: Anies sebut lima pilar kebijakan luar negeri harus dipertahankan


Menanggapi pertanyaan ANTARA terkait pandangan Ganjar-Mahfud terhadap posisi geopolitik Indonesia, Andi mengatakan keduanya telah menyadari bahwa saat ini sedang terjadi pertarungan geopolitik yang dahsyat di sejumlah negara.

Contohnya yakni ketegangan hubungan yang meningkat antara Amerika Serikat dengan China akibat permasalahan yang terjadi di Taiwan beberapa waktu lalu, hingga terkait Belt and Road Initiative (BRI) dari China dengan Indo-Pacific Economy Forum dari Amerika Serikat yang bisa memicu perang dagang.

Di samping itu, kedua negara juga terlibat perang dingin teknologi yang betul-betul mengganggu rantai pasok dunia akibat Amerika melakukan embargo pengiriman chip, sehingga mendorong China terpaksa untuk melakukan inovasi-inovasi baru untuk mendapatkan chip untuk produk-produk IT.

Menurutnya, Ganjar dan Mahfud bertekad untuk tidak terlibat dalam masalah-masalah yang tidak sesuai dengan dasar atau hukum negara hingga merugikan masyarakat. Keduanya lebih memilih untuk membawa kepentingan nasional dibahas dalam forum global sehingga kesejahteraan rakyat dapat lebih baik.

“Yang pasti itu harus kembali ke kepentingan nasional kita ya. Kepentingan nasional kita itu dipandu oleh prinsip-prinsip dasasila, prinsip-prinsip yang ada di alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar yang akhirnya menjadi doktrin politik luar negeri bebas aktif itu panduan utama untuk kepentingan nasional,” katanya.

Ia melanjutkan Ganjar dan Mahfud justru memikirkan bagaimana pertempuran seperti itu tidak mengganggu pembangunan bangsa, ketika Indonesia berusaha untuk meningkatkan arus investasi yang akan membangun industri dan akhirnya menyerap tenaga kerja di Indonesia.

Permasalahan-permasalahan tersebut juga dianggap sebagai pemandu keduanya dalam merancang strategi kebijakan luar negeri di masa depan, di mana salah satunya ikut terlibat dalam tindakan dunia mengatasi sesuatu dengan lebih konkret dan aktif.

Misalnya seperti pengalaman Indonesia yang terlibat dalam G20, menghadapi pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak 2019, termasuk bersuara lantang di forum PBB untuk menghentikan perang di Jalur Gaza.

“Jadi keterlibatan-keterlibatan aktif yang lebih bermakna dan kemudian ada hasil-hasil COVID itu yang akan ditekankan oleh Mas Ganjar dan Pak Mahfud,” ucap Andi.