Mereka datang ke Jakarta untuk mencari kerja
12 Agustus 2013 16:40 WIB
Polisi dan Polisi Pamong Praja memeriksa identitas sejumlah pemudik setibanya mereka dari Pulau Jawa, di Terminal Ubung, Denpasar, Senin (12/8). Razia gabungan dari berbagai unsur petugas itu dilakukan untuk mencegah masuknya pendatang secara ilegal ke Bali termasuk mengantisipasi upaya penyelundupan orang dan barang berbahaya dengan memanfaatkan keramaian arus balik Idul Fitri 1434 H. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana) ()
Jakarta (ANTARA News) - Sebagian warga, terutama pendatang dari luar daerah memanfaatkan momentum arus balik Lebaran untuk mengadu nasib dengan mencari pekerjaan di ibukota.
Contohnya, pendatang asal Jepara, Jawa Tengah Teguh Kusnanto (33) yang datang seorang diri untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi di Jakarta.
"Kalau di kampung sana (Jepara), pekerjaan saya sehari-hari adalah penjual nasi goreng keliling. Saya datang kesini (Jakarta) ingin coba-coba mencari pekerjaan baru. Siapa tahu ada," kata Teguh di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur, Senin.
Teguh mengaku selama berprofesi sebagai penjual nasi goreng, pendapatannya masih terbilang sedikit sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan seluruh anggota keluarganya.
"Penghasilan saya masih sangat kecil. Jumlah anggota keluarga yang harus saya tanggung ada enam orang, yaitu saya, istri, tiga anak dan satu nenek mertua. Saya punya ijazah SMA, dicoba-coba saja lah," ujar Teguh.
Hal serupa juga diutarakan oleh pendatang asal Malang, Jawa Timur Riki Sutedja (20) yang datang tanpa ditemani oleh sanak keluarga atau pun teman-temannya.
"Tiga tahun yang lalu, saya lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tapi kemudian, saya tidak punya biaya untuk meneruskan ke bangku kuliah. Di kampung, saya bekerja serabutan saja, tidak punya pekerjaan tetap," tutur Riki.
Riki mengungkapkan niatnya untuk mencari pekerjaan tetap di Jakarta muncul setelah beberapa kali dia melihat banyaknya iklan lowongan pekerjaan di koran.
"Saya sering lihat di koran ada banyak sekali lowongan pekerjaan di Jakarta, bahkan ada juga yang untuk lulusan SMK seperti saya. Awalnya saya masih takut ke Jakarta sendirian. Saya coba ajak teman, tapi tidak ada yang mau. Akhirnya, ya saya nekad saja," ungkap Riki.
Selama di Jakarta, baik Teguh maupun Riki, akan tinggal di rumah kenalannya masing-masing untuk sementara. Setelah itu, mereka berencana mencari tempat kos yang murah, sehingga dapat hidup mandiri dan leluasa.
Contohnya, pendatang asal Jepara, Jawa Tengah Teguh Kusnanto (33) yang datang seorang diri untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi di Jakarta.
"Kalau di kampung sana (Jepara), pekerjaan saya sehari-hari adalah penjual nasi goreng keliling. Saya datang kesini (Jakarta) ingin coba-coba mencari pekerjaan baru. Siapa tahu ada," kata Teguh di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur, Senin.
Teguh mengaku selama berprofesi sebagai penjual nasi goreng, pendapatannya masih terbilang sedikit sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan seluruh anggota keluarganya.
"Penghasilan saya masih sangat kecil. Jumlah anggota keluarga yang harus saya tanggung ada enam orang, yaitu saya, istri, tiga anak dan satu nenek mertua. Saya punya ijazah SMA, dicoba-coba saja lah," ujar Teguh.
Hal serupa juga diutarakan oleh pendatang asal Malang, Jawa Timur Riki Sutedja (20) yang datang tanpa ditemani oleh sanak keluarga atau pun teman-temannya.
"Tiga tahun yang lalu, saya lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tapi kemudian, saya tidak punya biaya untuk meneruskan ke bangku kuliah. Di kampung, saya bekerja serabutan saja, tidak punya pekerjaan tetap," tutur Riki.
Riki mengungkapkan niatnya untuk mencari pekerjaan tetap di Jakarta muncul setelah beberapa kali dia melihat banyaknya iklan lowongan pekerjaan di koran.
"Saya sering lihat di koran ada banyak sekali lowongan pekerjaan di Jakarta, bahkan ada juga yang untuk lulusan SMK seperti saya. Awalnya saya masih takut ke Jakarta sendirian. Saya coba ajak teman, tapi tidak ada yang mau. Akhirnya, ya saya nekad saja," ungkap Riki.
Selama di Jakarta, baik Teguh maupun Riki, akan tinggal di rumah kenalannya masing-masing untuk sementara. Setelah itu, mereka berencana mencari tempat kos yang murah, sehingga dapat hidup mandiri dan leluasa.
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013
Tags: