Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan keberadaan Monsun Asia atau angin barat telah membawa uap air dari kawasan Benua Asia dan menciptakan hujan di berbagai wilayah Indonesia.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengatakan pengaruh pergerakan matahari dari selatan menuju ekuator menimbulkan tekanan rendah di wilayah bumi bagian selatan, sehingga mampu menarik banyak uap air ke Indonesia.

Baca juga: BMKG: Monsun Asia picu gelombang laut tinggi di Kepri
"Uap air yang berasal dari Siberia, Jepang, Hongkong, dan Vietnam akhirnya masuk ke kawasan kita," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Eddy menuturkan posisi wilayah Indonesia secara astronomis adalah 6 derajat Lintang Utara dan 11 derajat Lintang Selatan, sehingga membuat kawasan pantai utara Pulau Jawa menjadi daerah paling banyak menerima curah hujan.

Angin barat tersebut juga menyebabkan suhu udara cenderung lebih dingin mencapai 15 derajat Celcius karena uap es dari Siberia sampai ke kawasan ekuator Indonesia.

Baca juga: BRIN: Siklon Tropis Saola picu hujan turun di Jabodetabek
"Monsun Asia kuat dimulai sejak awal Desember, kemudian berlanjut ke Januari hingga Februari yang mendatangkan hujan ke Indonesia," kata Eddy.

Meskipun periode Monsun Asia telah hadir di Indonesia, menurut dia, El Nino skala moderat masih eksis dan berpotensi mempengaruhi variabilitas curah hujan.

Fenomena El Nino disebabkan oleh meningkatnya suhu perairan yang berada di Samudera Pasifik. Kondisi itu membuat uap air terhisap ke kawasan Samudera Pasifik karena di sana pusat tekanan rendah, sehingga membuat negara-negara yang berada di wilayah ekuator mengalami musim kemarau.

Baca juga: BRIN: Perubahan iklim sebabkan musim hujan lebih panjang di Indonesia

"Monsun Asia tetap memberikan curah hujan tetapi kecil kemungkinan menghasilkan curah hujan dengan awan-awan tinggi besar," kata Eddy.