Kupang (ANTARA News) - Lima orang warga Palue dilaporkan tewas tersapu lahar panas letusan Gunung Rokatenda di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu dini hari.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Tini Thadeus yang dikonfirmasi pers membenarkan hal itu, dan menjelaskan kelima warga yang tewas itu terkena lahar panas yang mengalir dari Desa Woje Wubi hingga Pantai Cua.

Pulau Palue yang terletak di lepas pantai Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka di Pulau Flores itu, menurut hasil foto satelit yang dipancarkan NASA, adalah sebuah pulau gunung. Pulau gunung dimaksud adalah Rokatenda.

Pulau Palue yang terletak di sebelah utara Flores, Nusa Tenggara Timur itu tertangkap dari ruang angkasa yang diambil melalui satelit Earth Observing-1 (EO-1) milik NASA pada 12 Februari 2013.

Gunung Rokatenda merupakan gunung berapi komposit (stratovolcano) yang pernah meletus pada 2 dan 3 Februari 2013.

Letusan tersebut mengirimkan gas super panas dan batuan, atau biasa disebut arus piroklastik, meluncur ke laut. Arus abu-abu kecoklatan tertangkap oleh satelit Advanced Land Imager (ALI) yang menggambarkan bahwa puing-puing tersebut terus meluas masuk ke dalam aliran dasar laut.

NASA melaporkan, abu yang dikeluarkan selama terjadinya letusan telah menghancurkan banyak tanaman di pulau tersebut.

Pulau gunung itu didiami kurang lebih 10.000 jiwa yang tinggal menyebar di delapan desa. Beberapa desa terancam oleh letusan gunung ini.

Survei vulkanologi Indonesia mencatat, letusan menyebabkan runtuhnya 25 persen volume kubah gunung berapi atau sekitar satu juta meter kubik.

Jika kubah ini terus berkembang, maka runtuhan di masa datang akan mengirim arus piroklastik ke desa-desa yang berada di Pulau Palue.

Gunung Rokatenda terakhir meletus pada tahun 1985, merujuk kepada Program Vulkanisme Global Smithsonian. Sebagaimana dinyatakan oleh Observatorium Bumi, awal Oktober lalu, gunung ini mengirimkan peringatan ledakan besar dengan peningkatan gempa kecil dan abu yang mulai terlontar dari puncaknya.

Letusan gunung yang terjadi pada Sabtu dini hari itu menyemburkan abu vulkanik dengan ketinggian berkisar antara 1.500-2.000 meter dari puncak gunung api tersebut.

Pemerintah Kabupaten Sikka sudah berusaha keras untuk mengevakuasi warga yang bermukim di pulau tersebut sebelum gunung itu meletus, namun mereka tetap menolaknya dengan berbagai macam alasan.

Pemerintah berupaya untuk mengevakuasi warga di pulau tersebut ke Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, sebagai langkah penyelamatan untuk mengeliminasi terjadinya korban jiwa. (*)