Pemerintah berupaya evakuasi korban letusan Gunung Rokatenda
10 Agustus 2013 21:14 WIB
Gunung Rokatenda sebagaimana dilihat dari udara dalam peta topografis tiga dimensi ini. Bisa dibilang Pulau Palue "didirikan" dari puncak gunung berapi setinggi 825 meter dari permukaan laut. Letusan paling besar terjadi pada 4 Agustus-25 September 1928 yang menimbulkan tsunami dan gempa bumi besar. (wikipedia.org)
Kupang (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kabupaten Sikka, NTT, berupaya mengevakuasi warga Pulau Palue yang menjadi korban letusan Gunung Rokatenda pada Sabtu dini hari.
"Sampai saat ini pemerintah dan petugas dari Badan Penaggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sikka masih terus berupaya membujuk warga di sana (Palue, red.) untuk bisa dievakuasi ke Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka," kata Sekretaris BPBD Kabupaten Sikka Johanes Berchmans yang dihubungi dari Kupang, Sabtu.
Ia menjelaskan upaya persuasif yang dilakukan pemerintah sudah terjadi sejak Sabtu sore, namun hingga saat ini masih belum membuahkan hasil.
Ia menyatakan bahwa warga warga korban letusan Gunung Rokatenda terkesan enggan meninggalkan daerah tersebut, kendati sudah dilumuri oleh abu vulkanik panas dan material lain dari gunung tersebut.
Hal itu, katanya, kemungkinan karena masyarakat memiliki sejumlah alasan.
"Mungkin karena enggan meninggalkan tempat tinggal dan harta benda lainnya, seperti ternak dan pertanian serta mungkin karena alasan lainnya," kata Johanes.
Kendati begitu, kata dia, upaya itu akan terus dilakukan, agar pemerintah bisa menyelamatkan warga dari ancaman letusan susulan gunung tersebut.
Ia menjelaskan upaya pemerintah untuk mengevakuasi warga di pulau yang waktu tempuh sekitar enam jam dari Kota Maumere itu, sudah dilakukan sejak letusan awal pada Februari 2012.
Namun, katanya, upaya itu gagal karena warga tetap memilih bertahan di tempat tinggalnya di pulau tersebut.
"Waktu itu, kita siapkan dua kapal perintis untuk evakuasi, namun mereka (warga Palue, red.) menolak hingga kini. Karena itu, kita masih harus terus berusaha dengan cara persuasif," katanya.
Di Kota Maumere, katanya, pemerintah melalui BPBD sudah membangun tenda-tenda dengan menyediakan dapur umum untuk warga korban Gunung Rokatenda, jika mereka bersedia dievakuasi dari pulau tersebut.
"Semuanya telah kita siapkan, seperti tenda dan logistik lainnya. Tinggal dimanfaatkan oleh warga jika dievakuasi," katanya.
Terkait jumlah korban akibat letusan tersebut, Johanes mengatakan data yang dimiliki hingga pukul 20.00 Wita, tercatat enam korban, tiga orang sudah ditemukan tanpa nyawa dan tiga lainnya sedang dalam pencarian.
"Kita masih terus mencari sejumlah korban yang hilang tersebut," katanya.
Dia berharap, dengan upaya persuasif pemerintah itu, masyarakat di Pulau Palue bisa dievakuasi demi keamanan dan kenyamanannya, agar tidak lagi menimbulkan korban jiwa, jika terjadi letusan susulan.(KR-YHS/M029)
"Sampai saat ini pemerintah dan petugas dari Badan Penaggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sikka masih terus berupaya membujuk warga di sana (Palue, red.) untuk bisa dievakuasi ke Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka," kata Sekretaris BPBD Kabupaten Sikka Johanes Berchmans yang dihubungi dari Kupang, Sabtu.
Ia menjelaskan upaya persuasif yang dilakukan pemerintah sudah terjadi sejak Sabtu sore, namun hingga saat ini masih belum membuahkan hasil.
Ia menyatakan bahwa warga warga korban letusan Gunung Rokatenda terkesan enggan meninggalkan daerah tersebut, kendati sudah dilumuri oleh abu vulkanik panas dan material lain dari gunung tersebut.
Hal itu, katanya, kemungkinan karena masyarakat memiliki sejumlah alasan.
"Mungkin karena enggan meninggalkan tempat tinggal dan harta benda lainnya, seperti ternak dan pertanian serta mungkin karena alasan lainnya," kata Johanes.
Kendati begitu, kata dia, upaya itu akan terus dilakukan, agar pemerintah bisa menyelamatkan warga dari ancaman letusan susulan gunung tersebut.
Ia menjelaskan upaya pemerintah untuk mengevakuasi warga di pulau yang waktu tempuh sekitar enam jam dari Kota Maumere itu, sudah dilakukan sejak letusan awal pada Februari 2012.
Namun, katanya, upaya itu gagal karena warga tetap memilih bertahan di tempat tinggalnya di pulau tersebut.
"Waktu itu, kita siapkan dua kapal perintis untuk evakuasi, namun mereka (warga Palue, red.) menolak hingga kini. Karena itu, kita masih harus terus berusaha dengan cara persuasif," katanya.
Di Kota Maumere, katanya, pemerintah melalui BPBD sudah membangun tenda-tenda dengan menyediakan dapur umum untuk warga korban Gunung Rokatenda, jika mereka bersedia dievakuasi dari pulau tersebut.
"Semuanya telah kita siapkan, seperti tenda dan logistik lainnya. Tinggal dimanfaatkan oleh warga jika dievakuasi," katanya.
Terkait jumlah korban akibat letusan tersebut, Johanes mengatakan data yang dimiliki hingga pukul 20.00 Wita, tercatat enam korban, tiga orang sudah ditemukan tanpa nyawa dan tiga lainnya sedang dalam pencarian.
"Kita masih terus mencari sejumlah korban yang hilang tersebut," katanya.
Dia berharap, dengan upaya persuasif pemerintah itu, masyarakat di Pulau Palue bisa dievakuasi demi keamanan dan kenyamanannya, agar tidak lagi menimbulkan korban jiwa, jika terjadi letusan susulan.(KR-YHS/M029)
Pewarta: Yohanes Adrianus
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: