“Kami mencari alternatif negara lain sebagai tujuan ekspor. Kami lihat ASEAN itu sangat potensial, kemudian Timur Tengah dan Afrika. Itu kita jajaki untuk ekspor (furnitur rotan),” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jabar Noneng Komara Nengsih saat ditemui di Cirebon, Jawa Barat, Rabu.
Noneng menyampaikan selama beberapa tahun terakhir furnitur rotan yang diproduksi di Cirebon dan daerah lain di Jabar, sudah berhasil menembus ke pasar Eropa.
Atas dasar itu, pihaknya berupaya untuk melakukan ekspansi produk furnitur rotan ke negara lain di luar Eropa.
Baca juga: Jabar catat ekspor nonmigas Juni sebesar 3,07 miliar dolar AS
Baca juga: BPS mencatat nilai ekspor Jabar meningkat 48 persen pada Mei 2023
“Kalau ekspor (2023) sekarang sudah mencapai Rp33 triliun seluruh Jabar. Kalau rotan sendiri, kalau bukan ke negara Eropa masih kondisinya baik masih,” ungkapnya.
Walaupun mengalami penurunan, lanjut dia, Jabar tetap menjadi daerah pengekspor tertinggi secara nasional dengan nilai kontribusi sebesar 14,4 persen pada 2023 atau meningkat signifikan ketimbang 2022 yang angkanya sekitar 13 persen.
Menurut dia, hampir 98 persen komoditas ekspor di Jabar ditopang oleh kegiatan industri seperti otomotif, mesin, hingga furnitur berbahan dasar rotan.
“Jawa Barat masih ranking satu di Indonesia. Tapi secara nominal untuk ekspor menurun. Bukan hanya Jawa Barat tapi seluruh Indonesia. Meski menurun, tapi kontribusi Jawa Barat meningkat karena provinsi lain lebih menurun lagi,” tuturnya.
Sementara itu Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin mendorong industri rotan di Kabupaten Cirebon dapat melakukan diversifikasi produk sehingga jumlah pengiriman barang tersebut ke pasar mancanegara bisa meningkat.
Bey juga berharap industri rotan di Cirebon dapat terus tumbuh sehingga dapat memicu laju pertumbuhan ekonomi pada kabupaten itu.
Baca juga: Kadin Jabar fokus tingkatkan kapasitas sektor vokasi
Baca juga: Pj Gubernur Jabar evaluasi promosi wisata di BIJB Kertajati