Bandarlampung (ANTARA News) - "Segubal" yang merupakan penganan atau kuliner khas masyarakat Lampung, sangat diminati warga sebagai sajian Lebaran.

Sejumlah warga di Bandarlampung, Jumat, mengaku masih mempertahankan tradisi membuat dan menyiapkan segubal sebagai salah satu menu wajib saat berlebaran.

"Bikin segubal itu harus telaten, tapi bila hasilnya memuaskan dan dapat dinikmati bersama-sama merupakan hal yang menyenangkan," ujar Pariah, warga Bandarlampung.

Pariah mengaku setiap kali Lebaran selalu membuat dan menyiapkan segubal itu bersama dengan kue-kue dan makanan khas Lebaran lainnya.

Dia menyatakan, selain disantap di rumahnya saat kerabat datang, segubal itu juga bisa dibawakan untuk buah tangan bagi karib kerabat dekat yang menginginkannya.

Segubal dibuat berbahan dasar beras ketan ditambah santan secukupnya, dengan proses pembuatannya perlu 8 jam hingga 10 jam, antara lain dengan proses merendam, menanak, mencetak dan mengemasnya di atas daun pisang yang digulung.

Setelah dibungkus rapi, agar lebih enak dan benar-benar matang, segubal kembali dimasak hingga empat jam untuk mendapatkan rasa lebih enak, makin legit dan gurih.

Bentuk segubal hampir serupa dengan lepat walaupun cara pembuatannya berlainan, sehingga rasa khasnya juga berbeda.

Beras ketan itu ditanak hingga matang dan saat masih panas, ketan tersebut dibentuk bundar-bundar kemudian diletakkan di atas daun untuk dibungkus dan diikat kencang dalam satu gulungan.

Gulungan-gulungan segubal itu lalu dikukus atau direbus maupun dibakar sesuai selera pembuatnya, dan setelah matang dapat disimpan atau disajikan dengan lauk seperti opor ayam, rendang, ayam goreng plus sayur yang diinginkan.

Segubal biasanya ada saat acara adat Lampung, seperti pernikahan, syukuran anak (khitanan) atau saat Lebaran.