Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa sepanjang 2023, ASEAN menjadi kawasan yang memiliki stabilitas ekonomi yang cukup resilien di tengah fragmentasi ekonomi global.

“Kawasan ASEAN ini masih menjadi kawasan yang resilien dari sisi ekonomi, dan bahkan mendapatkan sedikit positive impact dari adanya persaingan geopolitik. Sehingga ASEAN menjadi epicentrum of growth sesuai keketuaan Indonesia masih bisa kredibel merefleksikan situasi itu,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Kinerja dan Realisasi APBN 2023 di Jakarta, Selasa.

Selain ASEAN, Sri Mulyani menjelaskan bahwa AS juga menunjukkan kinerja perekonomian yang resilien di penghujung tahun 2023. Di tengah suku bunga acuan bank sentral AS (Fed Fund Rate/FFR) yang cukup tinggi di level 5,25-5,50 persen, AS mencatatkan pertumbuhan ekonomi di angka 2,9 persen.

Pelemahan pertumbuhan ekonomi terjadi di Eropa yang mencatat pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 0,6 persen. Hal yang sama juga terjadi pada China yang mengalami pelemahan ekonomi tercatat sebesar 4,9 persen. Hal itu dikarenakan China tengah dihadapkan pada penurunan di sektor properti dan permintaan domestik yang melemah.

Dalam paparannya, Sri Mulyani menyampaikan bahwa Indonesia masih termasuk negara dengan kinerja ekonomi yang cukup baik. Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi sebesar 4,94 persen secara tahunan pada kuartal III 2023.

Namun, ia mewanti-wanti masih adanya potensi lanjutan dari fragmentasi ekonomi global yang utamanya disebabkan oleh persaingan geopolitik. Selain itu, tingginya suku bunga The Fed juga turut diwaspadai karena hal tersebut nantinya berpotensi mempengaruhi perekonomian negara-negara lain, terutama negara berkembang.

“Namun bank sentral di negara maju masih mempertahankan suku bunga yang tinggi. Makanya higher for longer-nya masih terjadi dan ini memicu capital outflow yang meningat dari seluruh negara berkembang dan emerging,” papar Bendahara Negara itu.

Lebih lanjut, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa prospek ekonomi global ke depan masih dihantui oleh pelemahan. Perekonomian AS dan Eropa diperkirakan mengalami soft landing sementara ekonomi China diprediksi semakin melemah.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global turun di angka 2,9 persen pada 2024, dengan proyeksi inflasi global sebesar 5,8 persen. Pemerintah sendiri memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia pada 2024 sebesar 5,2 persen.

Perlambatan ekonomi global tersebut diakibatkan adanya berbagai risiko seperti peningkatan tensi geopolitik, pelemahan ekonomi China, terbatasnya ruang kebijakan, peningkatan risiko debt distress, serta adanya shock akibat perubahan iklim.

“Dalam konteks ini, Indonesia juga memiliki kinerja (ekonomi) yang relatif baik. Kita bandingkan dalam konteks ASEAN atau G20 yaitu negara-negara grup yang dekat dengan Indonesia, yang comparable, kita lihat pertumbuhan GDP kita yang relatif termasuk teratas," pungkasnya.


Baca juga: Presiden paparkan prioritas kemitraan ekonomi ASEAN-Jepang
Baca juga: PM Jepang berjanji kerja sama dengan ASEAN tingkatkan ekonomi
Baca juga: Menkeu: Proyeksi ekonomi RI tertinggi di antara negara ASEAN dan G20