Polri didesak ungkap pelaku peledakan bom vihara
5 Agustus 2013 21:38 WIB
Personel Gegana Kepolisian Daerah Metro Jaya berjaga di sekitar TKP ledakan bom di Vihara Ekayana Graha Tanjung Duren, Jakarta Barat, Minggu (4/8) malam. Ledakan yang diduga bom rakitan tersebut melukai sejumlah jemaat yang berada di tempat itu. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR, Sidarto Danusubroto, mendesak Kepolisian Indonesia segera mengungkap jaringan pelaku dan motif peledakan bom di Vihara Ekayana Arama, di Tanjung Duren, Jakarta Barat.
"Polri mampu mengungkap kasus tersebut. Mereka punya alat canggih, punya peta jaringan terorisme, serta punya alat deteksi yang modern," kata Danusubroto, di Jakarta, Senin.
Dia belum melihat kaitan peledakan bom di Vihara Ekayanamdengan konflik di Myanmar.
Dalam insiden kekerasan, menurut dia, apapun bisa terjadi.
"Insiden peledakan bom ini harus segera diusut tuntas. Negara Indonesia tidak boleh dikotori kekerasan," kata purnawirawan inspektur jenderal polisi ini.
Pada kesempatan tersebut, Danusubroto juga mengecam keras pelaku peledakan bom di Vihara Ekayana.
Menurut dia, perusakan dan penganiayaan itu pidana. "Penegakan hukum harus di tegakkan secara tegas," kata dia.
Ia menilai, peledakan bom ini mengusik kehidupan masyarakat yang damai, apalagi saat ini menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Sebelumnya, di beritakan dua paket bom meledak di Vihara Ekayana Arama, di Tanjung uren, Jakarta Barat, pada Minggu (4/8) malam.
Akibat ledakan bom tersebut, merusak sebagian bangunan vihara serta tiga orang mengalami luka ringan.
Menjelang akhir Juli, gerombolan al Qaeda menyerbu penjara berkeamanan tinggi Abu Ghraib, di Pakistan. Ratusan rekan mereka yang dibuktikan pengadilan menjadi pelaku, otak, dan pendukung jaringan teroris internasional lolos dan belum bisa ditangkap kembali hingga kini.
Menyusul itu, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menutup sementara kedutaan-kedutaan besar dan premis mereka di sejumlah negara maghribi dan Asia Selatan, di antaranya Bangladesh.
Jaringan al Qaeda diketahui memiliki kegemaran menyerang instalasi vital negara-negara sasaran pada Agustus, di antaranya 5 Agustus 2004 atas Hotel JW Marriot di Jakarta, dan Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Benghazi, Libya, pada Agustus 2012.
"Polri mampu mengungkap kasus tersebut. Mereka punya alat canggih, punya peta jaringan terorisme, serta punya alat deteksi yang modern," kata Danusubroto, di Jakarta, Senin.
Dia belum melihat kaitan peledakan bom di Vihara Ekayanamdengan konflik di Myanmar.
Dalam insiden kekerasan, menurut dia, apapun bisa terjadi.
"Insiden peledakan bom ini harus segera diusut tuntas. Negara Indonesia tidak boleh dikotori kekerasan," kata purnawirawan inspektur jenderal polisi ini.
Pada kesempatan tersebut, Danusubroto juga mengecam keras pelaku peledakan bom di Vihara Ekayana.
Menurut dia, perusakan dan penganiayaan itu pidana. "Penegakan hukum harus di tegakkan secara tegas," kata dia.
Ia menilai, peledakan bom ini mengusik kehidupan masyarakat yang damai, apalagi saat ini menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Sebelumnya, di beritakan dua paket bom meledak di Vihara Ekayana Arama, di Tanjung uren, Jakarta Barat, pada Minggu (4/8) malam.
Akibat ledakan bom tersebut, merusak sebagian bangunan vihara serta tiga orang mengalami luka ringan.
Menjelang akhir Juli, gerombolan al Qaeda menyerbu penjara berkeamanan tinggi Abu Ghraib, di Pakistan. Ratusan rekan mereka yang dibuktikan pengadilan menjadi pelaku, otak, dan pendukung jaringan teroris internasional lolos dan belum bisa ditangkap kembali hingga kini.
Menyusul itu, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menutup sementara kedutaan-kedutaan besar dan premis mereka di sejumlah negara maghribi dan Asia Selatan, di antaranya Bangladesh.
Jaringan al Qaeda diketahui memiliki kegemaran menyerang instalasi vital negara-negara sasaran pada Agustus, di antaranya 5 Agustus 2004 atas Hotel JW Marriot di Jakarta, dan Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Benghazi, Libya, pada Agustus 2012.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: