Jakarta (ANTARA News) - Festival Film Indonesia (FFI) kembali digelar dan untuk 2006 ini jumlah peserta diperkirakan mencapai 40 judul film, lebih banyak dari tahun lalu yang hanya 38 film. "Tahun ini kita kembali menyelenggarakan FFI sebagai ajang penghargaan dan tolok ukur keberhasilan dan kemajuan industri film nasional," kata Ketua Umum Badan Pertimbangan Perfilman Nasional, Jhonny Syafruddin, SH, selaku Ketua Penyelenggara. Sejak digelar kembali sejak 2004, jumlah film peserta festival terus meningkat, mulai dari 21 judul hingga 38 judul (2005) dan kini diperkirakan mencapai 40 judul film. Jumlah itu, menurut Ketua Panitia FFI 2006, Adisurya Abdi, sudah memperlihatkan bahwa produksi film nasional secara kuantitas sudah ideal. "Bicara soal produksi film di berbagai negara selain Amerika Serikat (Hollywood) dan India (Bollywood), Indonesia dengan jumlah 40 judul sudah ideal," katanya. Ia menjelaskan, selain Hollywood dan Bollywood, produksi film di berbagai negara termasuk China (Hong Kong), Vietnam, Thailand, Korea Selatan dan Jepang, rata-rata 30-40 buah. Sementara itu, Jhonny Syafruddin mengatakan dirinya kuatir bila jumlah produksi film nasional mencapai 60 judul atau lebih dalam setahun, karena saat ini jumlah layar (bioskop) yang ada masih terbatas. "Jadi harus ada keseimbangan antara jumlah produksi film dan permitaan pasar. Kalau tidak, saya khawatir produksi film akan merugi dan akhirnya para pengusaha menjadi malas memroduksi," katanya. Meski demikian, Johnny berharap pada tahun-tahun mendatang jumlah bioskop di tanah air terus meningkat, sehingga pasar film menjadi lebih luas. Ia juga mengungkapkan bahwa di Indonesia saat ini baru ada 140 layar (bioskop), dan akan bertambah dengan bakal hadirnya 11 layar di Hotel Indonesia, enam layar di kawasan Jalan Thamrin, dan empat layar di Bandung, semua di luar jaringan Bioskop 21. Belum Ada Juri Dewan juri yang merupakan faktor terpenting di dalam penyelenggaraan FFI saat ini belum terbentuk. Jhonny mengatakan pihaknya sangat menyadari keberadaan dan kualitas anggota dewan penilai itu sangat menentukan sukses tidaknya festival. "Saat ini belum terbentuk, tetapi kita akan berupaya maksimal agar anggota dewan juri nantinya merupakan orang-orang profesional di bidangnya," katanya. Sutradara terkenal Hanung Bramantyo yang hadir dalam jumpa pers mengatakan, dirinya berharap F.F.I akan terus terselenggara karena hanya ajang inilah yang menjadi tolok ukur perkembanga perfilman nasional. "Bagi saya F.F.I harus terus ada dan jangan pernah mati, karena inilah satu-satunya ajang penghargaan bagi film dan para pembuatnya," katanya. Menyinggung tentang sistem penilaian oleh dewan juri, peraih Citra Sutradara Terbaik F.F.I 2005 lewat film "Brownies" ini mengatakan dirinya berharap tim penilai tidak hanya memperhatikan tema film tetapi juga tentang bagaimana proses pembuatan film. Penyelenggaraan FFI 2006 terdiri dari tiga tahap, yakni Pemilihan Film Peserta baik Layar Lebar maupun Televisi pada September, Penetapan Film Nominasi (Nopember) dan Puncak Acara Penyerahan Penghargaan "Piala Citra". Pelaksanaan festival juga dimeriahkan berbagai program, termasuk Kritik Film memerebutkan Piala Chaidir Rachman dan Pekan Film Peserta FFI 2006. "Pekan Film akan kita laksanakan di lima kota besar, disertai diskusi dan bedah film bersama sutradara dan artis-artis film," kata Adisurya. FFI terakhir diselenggarakan tahun 1992 dan kemudian terhenti selama lebih kurang 12 tahun. Insan film nasional menyebutnya sebagai "sedang mati suri". Sehubungan itu, masyarakat Indonesia diimbau untuk mematrikan semangat "Cinta Film Nasional" demi mewujudkan cita-cita menjadikan film produksi dalam negeri sebagai tuan rumah di negeri sendiri.(*)