Jakarta (ANTARA News) - Calon penumpang di Stasiun Gambir, Jakarta yang ada di lantai dasar berharap PT Kereta Api Indonesia dapat menambah jumlah kursi di ruang tunggu stasiun karena banyak orang yang tidak kebagian terpaksa duduk di lantai stasiun.
"Memang kami belum bisa masuk ke ruang tunggu yang ada di dalam (peron khusus untuk penumpang bertiket)," kata Zahra (36), Senin.
Dia bersama empat anggota keluarga lainnya hendak mudik menuju Cirebon, Jawa Barat, dan menunggu di luar, meski tidak mendapatkan kursi tunggu.
Zahra beserta keluarganya duduk di lantai hingga diperbolehkan masuk ke peron satu jam sebelum kereta Cirebon Ekspress berangkat dari Stasiun Gambir.
Berdasarkan pengamatan, setidaknya separuh dari sekitar dua ratusan calon penumpang harus rela duduk di lantai, demi menunggu waktu agar diperbolehkan masuk.
Kebijakan di stasiun hanya membolehkan masuk peron bagi calon penumpang yang waktu keberangkatannya kurang dari satu jam. Dengan kata lain, penumpang yang lebih dari waktu itu belum diperbolehkan masuk untuk mengantisipasi penuh sesaknya calon penumpang di peron.
Kursi tunggu yang ada di luar peron tersebar di berbagai titik termasuk di lorong-lorong stasiun tapi dipenuhi calon penumpang beserta pengantar mereka.
Beberapa calon penumpang lainnya duduk di tangga dan ada juga yang menunggu sambil jajan di kafe.
Sementara itu, Ahmad (46 tahun) mengeluhkan perilaku sebagian penumpang yang tidak mau berbagi kursi dengan penumpang lainnya.
"Penumpang yang datang lebih dulu, menaruh barangnya di kursi. Seharusnya mereka menaruhnya di bawah agar kursi itu bisa diduduki calon penumpang lainnya seperti saya," ucap pemudik tujuan Yogyakarta tersebut.
Sampai siang hari, jumlah penumpang yang telah berangkat dari Stasiun Gambir mencapai 6.667 orang.
Pemudik berharap kursi ruang tunggu Stasiun Gambir ditambah
5 Agustus 2013 13:20 WIB
Antrian Pemudik di Gambir Para pemudik memadati Stasiun Gambir, Jakarta, Sabtu (3/8). Selama Lebaran, PT KAI menyediakan delapan rangkaian tambahan kereta dengan tujuan Solo, Cirebon, Surabaya, dan Malang. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013
Tags: