Jakarta (ANTARA) - Pemerintah berencana membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) industri kayu untuk mendorong peningkatan produksi dan daya saing produk kayu dan mebel Indonesia.

“Jadi kita akan membangun Kawasan Ekonomi Khusus industri kayu, karena kita ketinggalan jauh dari Vietnam. Vietnam total ekspor sudah mencapai 15,7 miliar dolar AS, kita hanya 2 miliar dolar AS,” kata Ketua DPP Asosiasi Sedulur Kayu dan Mebel (Sekabel) Setyo Wisnu Broto kepada wartawan usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat.

Setyo mengatakan pihaknya sudah lama mengajukan surat untuk bertemu Presiden Joko Widodo untuk membicarakan industri kayu dan mebel, hingga akhirnya pihaknya mendapat undangan untuk bertemu Presiden Widodo ada Jumat hari ini.

Menurut Setyo, dalam pertemuan asosiasinya dengan Presiden turut hadir Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.

Pada kesempatan itu Asosiasi Sekabel menyampaikan sejumlah keluhan kepada Presiden, salah satunya soal regulasi terkait industri kayu dan mebel yang menurutnya terdampak perang Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel.

“Kami menyampaikan, pertama regulasi yang dulu sempat membaik tapi akhir-akhir ini mungkin karena carut-marut di perang Ukraine dan perang Palestine, ini agak rumit,” jelasnya.

Menurutnya, untuk masuk ke pasar Eropa, pengusaha kayu dan mebel nasional harus memenuhi Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang rumit.

“Di sini dikaitkan antara produk masuk European market harus melalui sistem lacak-balak yang rumit, nah ini jadi bahasan tadi, supaya pemerintah bisa menerobos masuk ke sana lebih mudah,” kata Setyo.

Dia berharap dengan adanya KEK industri kayu, semua regulasi dan kemudahan akan terintegrasi di sana, termasuk mengenai hilirisasi industri kayu.

Setyo belum bersedia mengungkapkan daerah mana yang akan atau berpotensi menjadi KEK industri kayu. Namun menurut Setyo, terdapat 30 lokasi yang diajukan menjadi KEK industri kayu.
Nantinya lokasi yang dipilih akan dilakukan peletakan batu pertama oleh Presiden Joko Widodo.

“Beliau (Presiden) berharap selama (dalam) kepemimpinan beliau nanti sudah dilakukan groundbreaking,”jelasnya.

Dia menyampaikan dalam persaingan global permasalahan yang dihadapi pengusaha kayu nasional adalah teknologi. Di Indonesia kayu diolah dengan teknologi yang sangat rendah atau lemah.

Dia mengatakan di KEK nanti, akan dihadirkan teknologi terbaik dunia untuk menghadirkan daya saing dan merebut pasar dari negara lain utamanya Vietnam.

“Hasil akhir ada mebel, ada building material juga. Kami sangat bersyukur Pak Bahlil akan endorse, nanti akan diberikan suratnya yang selama ini sangat rumit. Begitu nanti FS (feasibility study) jadi KEK, sertifikasinya langsung diserahkan,” jelasnya.

Baca juga: Kemenperin: Interkoneksi sistem informasi pacu industri kayu olahan
Baca juga: Industri kayu gergajian dan olahan siap intensifkan pasar Asia