Damaskus (ANTARA News) - Presiden Suriah Bashar al-Assad, Minggu (4/8), mengatakan negaranya memerlukan dialog yang transparan antara rakyat, dan menekankan tak seorang pun selain rakyat Suriah bisa menemukan penyelesaian bagi krisis 28 bulan di negeri itu.

Bashar mengeluarkan pernyataan tersebut selama iftar (buka puasa) yang diselenggarakan di Ibu Kota Suriah, Damaskus. Banyak anggota masyarakat dan menteri penting pemerintah menghadiri acara itu.

Saat menegaskan pentingnya dialog sebagai cara keluar krisis saat ini, pemimpin yang sedang menghadapi kemelut tersebut mengatakan aksi teror di Suriah tak bisa diselesaikan lewat politik. "Tak ada orang waras yang berfikir ia bisa menangani aksi teror lewat politik."

Bashar juga mengecam kelompok oposisi Suriah, terutama satu kelompok di pengasingan, dan menuduhnya tak mengingini penyelsaian politik.

"Oposisi di luar negeri bahkan tidak mewakili diri mereka sendiri ... mereka mewakili negara yang mendukung mereka," kata Bashar. Ia menambahkan pemerintahnya telah sepakat untuk ikut dalam Konferensi Jenewa kendati ada kenyataan bahwa oposisi tak memiliki wakil yang nyata.

"Jika kita ingin keluar dari krisis, mesti ada pengecualian bagi setiap cara yang dapat membantu kita," kata Bashar sebagaimana dikutip Xinhua, Senin.

Ia memproyeksikan status quo tersebut sebagai konfrontasi antara tanah air dan pelanggar hukum.

"Semua metoda telah diupayakan dan tak ada yang tersisa selain mempertahankan diri kami dengan menggunakan tangan kami," katanya. Ia menyamakan gerilyawan bersenjata dengan "monster".

Saat memuji militer Suriah, Presiden Bashar menyatakan apa yang telah dilakukan oleh militer selama dua tahun belakangan "tak bisa dipercaya".

Penerjemah: Chaidar Abdullah