Jakarta (ANTARA) - Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Budiman Sudjatmiko menilai tuduhan "nepo baby" kepada calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka tidak beralasan.

Budiman menjelaskan ada beberapa alasan Gibran bukan "nepo baby", antara lain performa Gibran saat debat kedua minggu lalu (22/12) menunjukkan dia punya kapasitas dan kemampuan sebagai calon wakil presiden RI.

Oleh karena itu, Budiman, saat ditemui wartawan di Media Center TKN Prabowo-Gibran di Jakarta, Kamis, justru sepakat dengan berita yang disiarkan media asing bahwa Gibran mampu menghapus label "nepo baby" yang kerap dituduhkan banyak pihak, terutama setelah debat kedua antar-cawapres.

"Kalau kemudian dia ditafsirkan, dijuluki nepo baby malah justru itu pengertian yang bertentangan 180 derajat (dengan situasi riil-nya, red.), tetapi nggak ada masalah, Mas Gibran juga sering dijuluki macam-macam," kata Budiman menjawab pertanyaan wartawan.

Dia menilai label seperti "nepo baby" atau julukan lain yang disematkan kepada Gibran, misalnya, 'Samsul', merupakan upaya untuk merendahkan nama Gibran. "Nepo baby" atau "nepotisme baby" merupakan istilah yang merujuk seorang anak mengikuti karier orang tua baik di bidang politik, bisnis, atau jabatan lainnya, karena pengaruh orang tuanya atau bukan karena jalur prestasi/kemampuan pribadi-nya.

Namun, TKN, menurut Budiman, memilih tidak ambil pusing, karena masyarakat justru mengapresiasi Gibran terlihat dari beberapa hasil survei terbaru yang siar minggu ini.

Terkait anggapan Gibran dapat maju sebagai cawapres karena privilege sebagai anak Presiden RI Joko Widodo, Budiman juga membantah itu.

Baca juga: KPU antisipasi pertanyaan singkatan ala Gibran

Baca juga: Setelah Gibran berdebat, TKN yakin elektabilitas tembus 50 persen


Dia menjelaskan seseorang disebut punya privilege jika dia memang tidak punya kekuatan elektoral, tetapi Gibran membuktikan dia punya pengaruh elektroral terhadap Prabowo.

"Beliau (Gibran, red.) memberi kontribusi yang luar biasa secara elektoral. Itu bisa kita lihat ya," ucap Budiman.

Bahkan tidak hanya itu, Gibran juga mampu menunjukkan kualitasnya saat debat minggu lalu, Budiman menambahkan.

"Terbukti di debat kemarin, (Gibran) membuktikan bahwa dia juga punya aspek-aspek kualitatif, selain juga aspek kuantitatif secara elektoral ya," ujar Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran itu.

Dalam kesempatan yang berbeda, calon presiden RI nomor urut 2 Prabowo Subianto juga memuji performa Gibran saat debat.

Prabowo, pada sela-sela kegiatan kampanye-nya di Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/12), menyebut hanya Gibran yang berani menyinggung hilirisasi saat sesi debat kedua.

"Saudara-saudara banyak yang nonton debat kemarin? Nonton? Satu-satunya pasangan calon yang berani bicara hilirisasi, maaf hanya pasangan calon nomor 2," kata Prabowo di hadapan pendukungnya di Bandung.

Oleh karena itu, Prabowo meyakini keputusannya memilih Gibran sebagai calon wakil presiden tepat. Dia juga menilai performa Gibran saat debat kedua itu menepis anggapan banyak orang yang berasumsi Gibran "anak ingusan" — atau belum berpengalaman dalam politik dan pemerintahan.

"Mas Gibran yang dibilang anak ingusan ya kan? Nggak ada apa-apanya, hanya karena anaknya (Presiden) Jokowi, (dia) dihina, diejek, ternyata, tampil dengan, menurut saya, kalau saya guru yang harus kasih nilai saya kasih nilai 9,9," kata Prabowo.

Prabowo mengatakan nilai sempurna sengaja tidak dia berikan karena itu hanya milik Allah SWT.

Baca juga: KPU sediakan podium dan satu mikrofon di debat ketiga Pilpres 2024

Walaupun demikian, Prabowo mengakui barangkali penilaiannya itu tidak objektif, karena Gibran ialah calon wakil presidennya. Namun, Prabowo menjelaskan keputusannya memilih Gibran setelah melalui banyak pertimbangan.

"Waktu itu, wakil yang saya pilih dengan penuh risiko. Anak muda katanya kurang berpengalaman, tetapi waktu itu saya berpikir, kalau saya pilih orang yang sangat berpengalaman, ya kalau pengalamannya baik, kalau pengalamannya adalah pengalaman korupsi bagaimana?" ujarnya.

Oleh karena itu, kekayaan pengalaman dalam berpolitik tidak menjamin kualitas mereka yang mencalonkan diri dalam pilpres. Prabowo berpendapat dia lebih memilih anak muda, apalagi sosok Gibran yang digembleng langsung oleh ayahnya, Presiden RI Joko Widodo.

"Orang tuanya (Gibran, red.) seorang pejuang Merah Putih, seorang yang membela rakyat Indonesia. Apa salahnya saudara-saudara sekalian?" kata Prabowo.