Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menyatakan rekonsiliasi antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto terbukti memberikan dampak positif terhadap stabilisasi politik dan ekonomi di Indonesia.

"Bergabungnya dua kekuatan Jokowi dan Prabowo, suka tidak suka, senang tidak senang, telah menjadikan Indonesia stabil dalam konteks politik maupun ekonomi," kata Ujang Komarudin saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Prabowo: Hanya orang buta hati tak akui yang dirintis Presiden Jokowi

Baca juga: Prabowo sebut hilirisasi, anti-korupsi, dan digitalisasi kunci RI maju


Ia mengatakan bahwa segregasi politik yang terjadi saat Pemilu 2019 telah mengakibatkan polarisasi yang sangat tajam di tengah masyarakat.

Namun, situasi itu kembali stabil setelah dua kekuatan yang saling berhadapan tersebut bergabung di dalam satu pemerintahan.

"Politik itu ada konflik ada konsensus. Jadi, ketika pilpres berlangsung cenderung polarisasi terjadi, ketika bersatu konsensus dan rekonsiliasi dilakukan maka Indonesia menjadi stabil sehingga Jokowi stabil, aman, terjaga hingga 2024," kata dia.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina Barisan Pengusaha Pejuang (BPP) Akbar Himawan pada Rabu (27/12) mengatakan bahwa rekonsiliasi antara Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto berdampak pada kestabilan politik, sehingga bisa lebih fokus menciptakan kebijakan yang tepat.

"Kestabilan (politik) itu yang saya maksud, berkah dari rekonsiliasi antara Pak Jokowi dengan Pak Prabowo. Semua bersatu di Kabinet Indonesia Maju sehingga bisa lebih fokus menciptakan kebijakan," kata Akbar.

Dia menyoroti kebijakan ekonomi di masa pemerintahan Jokowi yang menurutnya sudah berada di jalur tepat sehingga pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2023 berada dalam tren positif, yakni di angka 5 persen dan diprediksi sama di tahun 2024.